Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 3


Tiba tiba saja terasa hangat di wajahku, sinar matahari yang terang tampak mulai menjelajahi wajahku yang pucat, begitu aku membuka mata, aku melihat sekelilingku berwarna putih, aku hendak bangkit dari tempat tidurku, namun aku tidak kuasa menggerakkan badanku. Aku melihat saudara Richard beserta mertuaku di sekeliling tempat tidurku memandangiku dengan penuh cemas.

“Kak, istirahatlah dulu, kak, jangan bergerak dulu, kamu masih lemah.” Lina, adik Richard yang paling kecil mencegahku bangkit dari tempat tidur.

“Dimana aku? Richard dimana?”  Aku mulai bertanya dengan lirih. Kupandangi satu persatu keluarga yang berdiri di sekelilingku, namun tak satupun yang menjawabku. Aku mulai bertanya lagi dengan berteriak, namun aku tidak bisa mendengarkan suaraku sendiri. Setelah itu di sekelilingku menjadi gelap, aku sudah tidak melihat apapun lagi.


Dalam kegelapan Richard datang menghampiriku, seperti biasanya sosoknya yang sangat lembut dan hangat itu kelihatan sangat menawan. Aku sudah beribu kali jatuh cinta kepadanya sejak pertama kami bertemu di Sekolah dasar. Richard memelukku dengan lembut, tetapi dia tidak berkata apa apa. Secara batin aku seakan mendengar dia berpesan padaku, untuk  menjaga diriku baik baik, karena dia sudah tidak bisa lagi berada di sisiku.  Mendengar hal itu, aku menangis sejadi jadinya.

“Kak, kak, bangun kak, “ suara Lina membangunkanku dari mimpi yang sangat panjang. Namun aku tidak ingin membuka mataku karena aku tidak ingin melihat kenyataan pahit yang hadir di hadapanku ini.

“Kak, ingat jabang bayi kakak, kasihan dia, kak. Bagaimana juga kakak harus bangun dan makan, atau calon anak kakak nanti bisa ikut pergi juga bersama abang Richard.”

Mendengar hal itu, aku segera bangkit walaupun aku merasa lemas, aku kaget, dan aku sama sekali tidak sadar, bahwa aku sudah lama tidak datang bulan, ternyata selama pemeriksaan, dokter menemukanku tengah hamil dua bulan.

Aku yang masih temangu, menatap kosong kedepan. Hanya bisa membuka mulut setiap kali Lina menyuapiku dengan sabar.  Tidak ada sepatah kataku yang dapat kukatakan saat ini kepadanya. Hatiku hancur berkeping keping.

Hari demi hari berlalu begitu saja, tanpa sadar aku sudah bisa keluar dari rumah sakit, semua saudaraku menatapku dengan wajah kasihan. Semua nampak begitu perhatian padaku, karena itu kutunjukkan wajah yang penuh semangat kepada mereka. Tidak ada sepatah katapun yang kuucapkan pada mereka selain terima kasih yang sedalam dalamnya. Sungguh, terima kasih Tuhanku, calon bayi kami selamat, sehat dan tidak  kurang satu apapun.

Setelah keluar dari rumah sakit, aku mulai aktif menulis lagi, ku lewati hari demi hari dengan menulis semua kisah cinta kami. kutulis dari awal pertemuan kami ketika kami duduk di sekolah dasar sampai akhirnya kami menikah.

Pagi itu sudah tidak seperti biasa lagi, aku sudah bisa bangun sendiri tanpa ciuman selamat pagi dari suamiku. Tiada setetespun air mata di mukaku, tidak akan kubiarkan dia menetes walau setitikpun, karena Richard sangat tidak suka dengan perempuan cengeng.

Setelah mandi dan membereskan pekerjaan  rumah, aku mulai duduk disamping jendela dan mulai mengetikkan kata kata di  laptop yang berupa peninggalan dari Richard yang diberikan kepadaku, saat aku SMA sebagai hadiah karena dari sejak SMP aku mulai suka menulis.

Pertemuan pertama dengan Richard sangatlah berkesan, waktu itu aku masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar, sedangkan Richard adalah murid SMA II di sekolahku.  Umur kami terpaut delapan tahun.


Richard yang berpenampilan sederhana dan apa adanya, saat itu sangatlah berarti bagiku, masih tersimpan di benakku, saat itu aku di kejar kejar anjing tetangga yang hitam dan galak. Richard tiba tiba datang dan mengusir anjing itu, badannya yang kurus tinggi nampak menjulang tinggi, karena saat itu aku tengah berjongkok ketakutan melihat Anjing yang galak itu terus terusan menggonggongku. 


Comments
0 Comments
>

Arini