Jangan
Takut Pada Makhluk Halus
Bhikkhu
Uttamo Mahathera
Namo
Tassa Bhagavato arahato samma sambuddhassa.
Namo
Tassa Bhagavato arahato samma sambuddhassa.
Namo
Tassa Bhagavato arahato samma sambuddhassa.
Melaksanakan
kebajikan akan memberikan kebahagiaan.
Para bapak – ibu, saudara
saudara yang berbahagia. Bersama sama
pada malam hari ini kita melakukan puja bakti dalam rangka perlimpahan jasa,
yang juga sekaligus adalah untuk memperingati kemerdekaan Republik Indonesia
sehingga kita juga melimpahkan jasa bukan hanya kepada sanak keluarga yang kita
kenal saja, tetapi juga kita limpahkan jasa kepada para pahlawan yang telah
gugur didalam usaha memperjuangkan, meraih, merebut kemerdekaan Indonesia.
Saudara saudara yang
berbahagia, memang upacara malam hari ini adalah upacara yang agak khusus
karena upacara ini disebut upacara perlimpahan jasa, mengundang para makhluk
hadir, mengundang para keluarga kita datang. Tetapi sebahagian besar diantara
kita, tidak bisa menyaksikan hadirnya keluarga kita, leluhur kita, makhluk
makhluk tak tampak itu.
Ada yang disini mengirim
untuk Ayahnya yang sudah meninggal? Ada? Coba tunjuk jari, banyak.
Ada yang mengirim untuk
Ibunya yang meninggal? Tunjuk jari, cukup banyak.
Ada yang mengirimkan untuk
Kakek dan Nenek yang sudah meninggal? Oh.,, yang paling banyak Bapak ya, Oh!!
Banyak juga.
Apakah tadi waktu Anda
mengadakan puja bakti sebelum puja bakti malam hari ini, Anda mendoakan mereka bahagia? Iya? Iya?
Kalau seandainya mereka
datang pada malam hari ini, apakah Anda bisa melihat mereka datang?
Ayah yang Anda kirimi, Ibu
yang Anda kirimi, Kakek dan Nenek yang Anda kirimi, yang Anda doain itu. Apakah
kalau Anda bisa melihat mereka yang datang datang ibaratnya kalau seseorang
atau Anda mengundang. Anda misalnya mengadakan pesta ulang tahun, kemudian Anda mengundang Tamu. Anda menyajikan
makanan, Anda menyajikan minuman kepada tamu yang datang. Ya kan?
Kelihatan bentuknya,
kelihatan badannya, kelihatan hidungnya, Anda kasih makan.
Tapi malam hari ini saya
katakan khusus karena Anda memberi makan, memberi minum, membantu doa kepada
mereka yang tak tampak. Ini yang kadang kadang bisa aneh juga. Ibaratnya
dirumah Anda kosong, ada meja kosong, ada kursi kosong, Anda kasih minuman.
Ini ada tamunya lha, meja makan gak ada orangnya Anda kasih
makanan. Ini ada Bapak saya lho. Inilah yang disebut keanehan, saudara. Mungkin
ada diantara Anda yang bisa melihat leluhur Anda hadir kesini, tetapi saya kira
jauh lebih banyak diantara Anda yang nggak bisa lihat.
Saudara – saudara, malam
hari ini Anda mengadakan upacara kepada makhluk tak tampak, diadakan di Vihara.
Padahal sebetulnya didalam kehidupan Anda sehari hari, ada sebagian besar
diantara Anda ini takut pada makhluk tak tampak. Betul betul takut? Padahal
makhluk tak tampak itu mungkin Ayah Anda sendiri, mungkin Ibu Anda sendiri,
mungkin Kakek Nenek Anda sendiri, tetapi Anda takut. Apa buktinya? Misalnya ada
keluarga yang disayang meninggal kira kira bulan ini atau tiga bulan ini atau
satu tahun ini? Ada? Tunjuk jari.
Aduhhh, saya mau ikut tunjuk
jari jadi nyenggol.
Satu orang, dua orang, tiga,
empat, oh.. banyak. Orang yang Anda sayangi yang meninggal, pada saat malam
hari berani ngga Anda tidur dekat peti mati orang yang Anda sayangi itu
sendirian.
Ha? Berani nggak? Berani?
Berani tidur? Tidur sendirian sama jenazah? Nggak berani. Padahal itu jenazah
orang yang Anda sayangi. Takut?
Bahkan saudara saudara, ada
satu keanehan yang kadang saya renungkan di beberapa kepercayaan di masyarakat
lingkungan kita, kan ada yang nggak percaya setan, ada juga yang nggak percaya
kelahiran spontan.
Weh. Mana ada kelahiran
spontan, nggak ada itu, omong kosong. Saya ngomong “ok” . Ini Bapakmu
meninggal, coba kamu tidur disebelah jenazahnya ini, malam ini! Oh, takut, pak
Bhikkhu, takut. Berarti kamu kan percaya ada setan. Ya, saya khawatir Bapak
saya bagun lagi. Ya, berarti kamu percaya ada makhluk yang lahir spontan.
Tetapi agama saya nggak mengatakan begitu. Tapi kamu sendiri yakin itu.
Buktinya prilakumu takut kok.
Nah, saudara saudara oleh
karena itu maka kadang saya berpikir kenapa ya upacara perlimpahan jasa ini kok
sering diadakan di Vihara daripada di rumah sendiri? Mungkin takut kalau sudah
diundang nggak bisa balik. Wah... repot, ini jadi korban di rumah. Tapi kalau
di Vihara nggak apa apa, Bhikkhunya di cucuk bunbunannya ( dihisap ubun ubunnya),
klamut klamut ( kunyah kunyah tanpa makanan di mulut), nggak apa apa , biarin
aja, nggak punya tanggungan kok, nggak ada anak, nggak ada istri.
Nah, saudara saudara kita
memang kadang sebetulnya takut pada makhluk halus, tapi kita kadang kadang
mengadakan upacara, ini yang kontroversi, ini yang aneh. Bahkan kalau dirumah
ada demit, biasanya rumah baru, berdemit
atau dia baru beli, rumahnya udah jadi, “gede”.
Panggil Bhikkhu untuk tidur
disitu. Saya pikir ini Bhikkhu dijadikan umpan atau apa apa, jadi kalau sudah
demitnya kenyang nyucuk bunbunan Bhikkhu ini, sudah Bhante, udah aman demitnya
sduah kenyang, sekarang saya mau tidur, sekarang Bhante pulang aja ke Vihara.
Kalau besoknya Bhikkhunya masih hidup. Ah, berarti demitnya aman, demitnya
ompong. Jadi Bhante pulang ke Vihara, rumahnya sudah bebas.
Nah, saudara – saudara,
sehingga kadang kadang Bhikkhu pun punya profesi. Profesi, kalau rumah
berdemit, suruh tinggal, atau kalau minimal tidak suruh tinggal, suruh bacain
paritta. Bhante, rumah saya ini berdemit Bhante, bacain paritta. Lho, biar apa?
Biar pindah. Pindah kemana? Ke tetangga.
Wah, ini enak sekali. Lah,
nanti kalau tetangga bacain paritta atau bacain doa yang lain, kemudian balik
kerumahmu gimana? Ya, kita panggil Bhikkhu lebih banyak. Wah, ini repot kalau
caranya begini.
Saudara saudara, ini
sebetulnya adalah pandangan salah melihat demit, dianggapnya demit itu mengganggu, demit itu
jahat, demit itu menyeramkan, demit itu seperti film film cerita KISMIS, Kisah
Kisah Misteri yang Anda tonton di televisi. Padahal saya yakin kalau demit
melihat televisi itu sendiri ikut takut. Ada demit kok ngerinya kayak gitu, dia
juga ikut takut.
Saudara saudara berdasarkan
pengalaman banyak umat umat yang melihat demit, ketika melihat demit itu
sebenarnya orang tidak tahu bahwasanya itu demit, tidak tahu! Buktinya apa?
Misalnya begini, anda melihat salah satu anggota keluarga anda di rumah,
misalnya anak anda datang, masuk ke kamar atau mungkin Anda melihat
pasangan hidup anda datang, kebelakang,
Anda melihat keluarga Anda yang lain, pokoknya ada yang lalu lalang di rumah.
Dan Anda merasa itu biasa biasa saja,
tapi pada saat Anda mau mencari orang itu, eh, kemana ya anak tadi? Eh, kemana
ya pasangan hidup saya? Lho, anak tadi kan masih sekolah, lho, pasangan hidup
saya tadi baru pergi kerja, ini siapa tadi yang saya lihat dirumah saya ini.
Kok kayaknya ada anak kecil yang masuk
ke kamar, kok kayak ada pasangan hidup saya yang lewat. Siapa yang saya lihat?
Nah, tanda tanya itu, lalu O...demit.
Jadi pada saat Anda melihat,
sulit Anda membedakan itu demit dengan anggota keluarga Anda. Oleh karena itu
jangan takut sama demit, jangan takut. Lha demit kok nakal, Bhante? Kadang
kasih suara yang aneh aneh, jalan sak-sek-sak-sek tapi gak ada, kadang ada
suara orang mandi tapi nggak ada orangnya. Ya teriakin aja. Eh... mit, demit,
jangan borosin air tu, bayar. Ahhh, itu boleh tapi biasanya di buka kamar
mandinya kering, nggak ada apa apa, karena kita pernah mengalami.
Ada suatu ruko yan terbakar, ruko itu tiga
lantai. Lantai kedua terbakar, mati semua, sembilan orang jumlahnya. Yang punya
rumah takut pakci. Mau dijual nggak ada
yang mau beli, sembilan orang mati. Lalu bagaimana? Kasihkan vihara saja. Lalu
bagaimana?
Bhikkhunya suruh tinggal
situ. Ehh, sungguhan, sungguhan itu yang meninggal Ayah, Ibu, beberapa anak,
pembantu, baby sisternya ikut meninggal sembilan orang, satu lantai. Lantai
satu aman bersih, lantai kedua seperti tidak kena api, hanya lantai ketiga yang
ada apinya hangus sembilan orang korban.
Lalu Bhikkhu tinggal disana.
Malam malam ya memang gebyar – gebyur, apa ini? Kok nggak ada orang di kamar
mandi, gebyar- gebyur, dibuka kosong. Eh, ada demit anak kecil umur lima tahun
salah satu anggota dari mereka. Ya, seperti anak biasa, bukan mukanya serem
terbakar, tidak. Biasa biasa saja.
Nah, oleh karena itu saudara
saudara, makhluk itu kemudian seolah olah
mengganggu dalam tanda kutip pada manusia, pada keluarganya, sehingga
Anda mengatakan disini angker, disana
demitnya suka mengganggu. Sebetulnya
bukan mengganggu, tetapi dia itu butuh perhatian, coba lihat perilaku anak
kecil, ya, mungkin Anda yang bawa anak
kecil, ya yang disana dan disini. Anak kecil kadang dengar ceramah kurang
begitu tertarik, karena nggak ngerti, ya kadang kadang dia kasih kode sama
orang tuanya.
Pa atau Ma, Orang tuanya kan
stttt, diem. Karena orang tuanya tahu, tapi kan anak kecil kan nggak tau.
Panggil lagi, Pa, Ma, Lebih kencang. Orang tuanya tambah kenceng, Stttt, diem.
Anak kecilnya tambah ribut
lagi. Wah, weh, ya sudah Wah.. weh,
jangan rewel. Dia sebetulnya nggak rewel, dia butuh perhatian. Ketika jawil (nyubit) pertama Anda diem dia stress, ini
orang tua saya nggak memperhatikan saya. Jawilannya di perkenceng, kok masih
tetap nggak di perhatikan, dia nanggis, jerit gulung gulung. Sehingga orang
tuanya : Yah, sini, saya ajak keluar pergi, saya ajak keluar. Yahhh, lega, dia
sampai dibawah. Ya sudah, tercapai cita citanya.
Demikian pula dengan demit
makhluk halus, yang ada disekitar kita, dia juga begitu, dia kadang kadang
nggak menyadari dirinya sebagai demit karena pada saat meninggal dia tidak
siap, sehingga begitu meninggal itu, melihat Anda, melihat semua, melihat rekan
rekan. Tetapi mau ngomong nggak bisa, mau komunikasi nggak bisa, padahal lihat.
Nah, lalu dia mencoba memberikan kode, belakang leher Anda ini ditiup
huuuuiiiffft.
Eh, apa ini ya? Angin
mungkin, dia tiup itu supaya Anda menoleh, Anda toleh, tatap muka dengan dia
tapi Anda tidak lihat, jadi sama dia ditiup lagi, huuulifffth, kupingnya
sekarang. Iiiihhh, angin nggak ada, orang nggak ada, kok..? kok ada angin di
kuping saya. Toleh kanan, toleh kiri, toleh belakang, dia berteriak lagi,
hei..hei.. kok nggak ada orang?
Lalu pelan pelan angkat
kaki, pelan lagi angkat kaki mendekati pintu keluar. Si demit di
belakangnya. Ngapain kamu? Aku ya ikut.
Pelan pelan juga demitnya ikut Anda. Pelan... anda jalan pelan, dia juga ikut pelan. Kemudian
Anda toleh kanan toleh kiri tapi kok kayak ada ? tapi kok ada suara
langkah bluk...bluk.. Anda berhenti dia berhenti, anda jalan pelan pelan dia
jalan pelan. Anda lari, eh, dia ikut lari, wah,,, larinya kenceng sekali, eh,
si demit ikut, tunggu.. hei.. tunggu.. Akhirnya orang itu ke vihara panggil
Bhikkhu.
Bhante, rumah saya banyak
demitnya, tolong diusir. Lah.... akhirnya dibacain, maunya disuruh pergi, dia
menderita. Aduh.. kenapa keluargaku sudah nggak kenal saya malah panggil
Bhikkhu untuk ngusir saya. Untung Bhikkhunya nggak dikasih mantra pengusir
demit. Karena yang dibacain itu Karaniyametta Sutta, adalah paritta yang
mengajarkan cinta kasih kepada makhluk. Sehingga si demit ini bisa belajar.
Ohh, sesungguhnya aku begini
ini karena cinta kasih, saya membutuhkan cinta kasih, kasih sayang. Akhirnya,
saya membutuhkan banyak sekali pemancaran cinta kasih. Akhirnya mungkin si
demit ini menyadari, dia mungkin sudah nggak mengganggu lagi. Nah, jadi kalau
saudara diganggu demit, sebetulnya hilangkah istilah gangguan, tetapi Anda lebih bagus mengatakan
ada demit yang minta perhatian. Jangan mengatakan, eh, rumahku angker ada
demitnya. Salah, rumahku ada demit minta perhatian. Nah, dengan demikian maka
anda lalu muncul kasih sayang.
Ooh, mereka itu sebetulnya
adalah makhluk yang menderita, mereka ini butuh perlimpahan jasa, mereka ini
butuh kasih sayang. Nah, lalu bagaimana sekarang?
Yang pertama adalah saya
meluruskan bahwa demit itu tidak jahat, tidak harus demit itu jahat karena
demit itu sebetulnya adalah mungkin keluarga kita, leluhur kita yang kepingin komunikasi dengan
kita karena sangking cintanya dengan kita sehingga pada saat meninggal dia
terpikir kita, maka dia mengikuti kita kemana saja kita pergi.
Nah, kemudian kalau ada
gangguan macam macam sebetulnya bukan demit yang mengganggu, tapi demit butuh
perhatian. Nah, sekarang apa yang harus kita kerjakan terhadap mereka? Ini yang
penting. Kalau Anda merasa ditiup tiup bagian belakang leher. Itu paling
sensitive soalnya. Pernah ada yang disini yang mengalami, merasakan hal seperti
itu? Ada nggak? Hah? Ada begini? Ada? Oh.. ibu... bagian mana yang paling sensitif
merasakan demit? Belakang leher? Lah... rambut Ibu panjang bagaimana sensitive?
Ha? Reaksi apa? Gatel? Oo... dateng atau gatel? Reaksi dateng tapi mulai dari
belakang leher.
Nah... ada lagi yang pernah
rasain demit? Ada? Ada? Ada? Hanya satu? Yang takut demit siapa coba? Yang
takut demit coba tunjuk jari? Saya mau
tahu, coba yang takut demit coba tunjuk jari? Anak kecil ikut tunjuk. Satu,
dua, Cuma dua? Wo.. berarti yang lain berani berani semua. Terima kasih, hebat
Anda.
He.. saya nggak yakin.
Jangan kata urusan demit, malem malem duduk di Vihara ini sendirian, ayo coba
meditasi di Dhammasala ini. Belum tentu ada yang berani. Banyak orang yang
mengatakan takut. Itu altar sendiri ada Buddha Rupang disitu, meditasi bisa
takut? Padahal umat Buddha, lah kalau umat Buddha sendiri aja takut. Siapa
nanti yang berani di depan Dhammasala? Nah, padahal Anda sendiri sebetulnya belum
pernah lihat. Ibu tadi juga baru merasakan ada demit, tapi juga nggak melihat. Tapi kenapa Anda
semua takut? Karena pikiran Anda itu sebetulnya diracuni oleh film. Racunnya
adalah film. Dan lebih celaka lagi, anda takut demit kalau malam, siang nggak
takut? Saya katakan lebih celaka kenapa?
Karena demit, bagi dia siang dan malam sama saja. Banyak sekali orang melihat demit justru jam sepuluh siang.
Anda kalau melihat “Tuyul
dan mbak yul”, filmnya demit itu selalu siang. Anda nggak perhatikan to?
Tuyul dan mbak yul kan demitnya jalannya
siang terus tapi kalau drakula jalannya malam. Kenapa? Karena memang demit itu
tidak melihat waktu. Karena siang dan malam disana satu harinya bisa puluhan
tahun di sini. Jadi Anda kalau lihat malam siang, malam siang, takut malam,
berani siang , itu nggak masuk akal. Dirumah siang sendirian berani, di rumah
sendirian kalau malam takut.
Padahal tempat tidurnya ya
disitu, pintunya ya disitu, gelasnya ya disitu, gitu kok takut. Kecuali kalau
malam pintunya pindah sedikit, kemudian tempat tidur bisa geser, itu takut.
Tapi kalau sekarang siag malam bentuknya
sama, apa yang takut? Itukan pikiran Anda sendiri sebetulnya. Pergi ke kuburan
siang siang berani, pergi ke kuburan yang sama, malam hari takut. Itukan heran?
Itu kuburan tempatnya sama, pohon kambojanya ya tetap di situ, apa yang
ditakuti? Pikirannya sendiri sebetulnya. Nah, oleh karena itu saudara, pertama,
demit itu sebetulnya mungkin kerabat kita, yang kedua itu dia mencari perhatian
untuk kita tolong, yang ketiga rasa takut itu sebetulnya adalah buatan kita
sendiri maka sekarang yang keempat apa solusinya?
Bagaimana cara mengatasi demit?
Nomor satu : cara mengatasinya. Saya bukan membagi jimat, pake jimat misalnya
itu tulang anjing, pernah Anda dengar? Pernah dengar tolak demit dengan tulang
anjing? Belum pernah dengar? Saya kasih ilmunya? Orang takut demit itu bawa tulang anjing. Katanya demit takut.
Belum tahu dia ada demit manado, suka
sekali RW (daging anjing). Ada orang manado disini? Ha? Mana orang manado? Malu
dia, suka RW soalnya. Ada demit dari batak, wu.. suka sekali juga, anjing.
Dikasih tulang babi, pernah
dengar? Nolak demit pake tulang babi,
belum tau dia ada demit dari tiongkok. Wah, ini ada babi ini sam – cannya gede
gede, uehhh. Yang bawa tulang babi malah makin di deketi, baru tahu tuh.
Ada lagi kalau mau anti
demit bawa itu lho, bawang putih yang satu, bawang tunggal. Pernah dengar?
Pernah? Belum tahu ada demit kena tekanan darah tinggi! Justru bawang tunggal itu yang dicari untuk
acar bawang, ayo coba anda lihat acar
bawang, pernah lihat? Itu kalau buat obat tekanan darah tinggi to, itukan
bawang tunggal semua. Bener nggak toh? Jadi kalau Anda bawa bawang tunggal,
demit tekanan darah tinggi datang kepada Anda. Wah,,, ini dia... obat bagi
saya, baru tahu itu, jadi saya tidak memberikan jimat.
Kasih hu, Hu tulisan apa
dulu? O... Hu nya mesti tulisan bahasa mandarin Bhante, walah kalau demitnya
ngga bisa bahasa Mandarin kayak saya, nanti malah tulisan apa to ini? Lah,
malah dideketin dilihat. Ya.... jadi,
bukan Hu yang ngusir demit. Bukan benda benda daging babi, apa lagi tadi tulang
babi, kuku macan. Kuku macan untuk tolak demit? Weh... kukunya sudah diambil
itu berarti macannya sudah menjadi demit.
Mana ada macan pergi ke
salon dipotongi kukunya, ya? Pasti dia sudah di bedil mati jadi demit. Lah, ini
kukunya malah dia cari, mana kuku-ku? Weh... baru tau itu... malah dicari sama
macannya. Kadang kadang aneh aneh orang itu. Aneh aneh yang tidak sesuai dengan
Dhamma.
Nah, sekarang bagaimana yang sesuai dengan Dhamma?
Kalau ada demit bukan dengan
jimat bukan dengan apa. Nomor satu yang harus anda katakana, kalau misalnya
mengganggu ya. Kadang kadang nyuri disket, demit sekarang bisa nyuri disket,
sungguhan. Eh... mungkin yang mati sudah pada suka computer, pada mati sudah zamannya kan sudah
berubah, ada yang nyuri disket, itu beberapa kali. Ada pengalaman satu
umat yang ngetik terjermahan itu.
Disketnya hilang. Di ketik lagi disketnya hilang, diketik lagi disketnya
hilang. Ada demit yang suka nyuri pisau, ada demit yang suka nyuri sendok,
garpu dan sebagainya. Nah.. anda boleh katakan begini. Eh... demit atau apa, kalau memang ada yang
mau di sampaikan kasih tau lewat mimpi.
Itu nomor satu. Jadi kita buka channel
komunikasi, kasih tau lewat mimpi. Kenapa kok tidak kasih tahu langsung?
Takutnya pingsan.
Jadi, eh,, demit.. kalau
memang ada sesuatu yang mau disampaikan. Keluarlah engkau. Keluar sungguh, Cuma
kepalanya, Anda pingsan. Padahal kepalanya ganteng, tapi Anda pingsan. Jadi,
lebih bagus kasih tahu lewat mimpi. Itu banyak, banyak yang sukses. Malamnya
terus mimpi macem macem. Itulah kuburan saya itu papan namanya jatuh, anu...
semennya rontok. Coba dong, tolong di benerin. Ah begitu, atau kalau dia nggak
bisa komunikasi dengan bagus, dia nampil, mungkin wajahnya jelek, mungkin pakaiannya
buruk, mungkin modelnya pucat seperti orang sakit.
Nah.. pokoknya kita boleh
mengatakan, kalau memang sini ada makhluk, kasih informasi lewat mimpi. Terus
Anda tidur, jangan.. heh.. nanti aku mimpi, tidak berani tidur, yah.. sama aja.
Ya... , nomor dua, setelah mimipi, anda lihat apakah orang itu kelihatan
pakaiannya buruk atau sakit atau mungkin tidak mimpi sama sekali juga boleh.
Cara yang kedua ini adalah inilah cara yang diajarkan di dalam Dhamma. Kita
melakukan kebajikan untuk para makhluk yang berada di sekitar kita tadi, seperti
malam hari ini Anda mengikuti pattidana. Sebetulnya Anda melakukan kebajikan.
Anda datang ke Vihara, Anda membaca Paritta, kemudian Anda mempersembahkan
dana, ini semua bisa dilimpahkan jasanya kepada semua makhluk yang Anda
ketahui. Makhluk ini bisa keluarga Anda yang dekat, ayah dan ibu Anda, kakek
dan nenek Anda yang Anda kenal.
Tapi juga jangan dilupakan
kepada semua makhluk yang pernah
berhububungan karma dengan Anda, itu jangan dilupakan, kenapa? Karena orang tua
kita bukan hanya ayah dan ibu ini. Orang tua kita itu, sudah ribuan kali
kehidupan ada orang tua, dan kita nggak tau siapa namanya. Anda tulis saja
semua makhluk yang berhubungan karma
dengan saya. Sudah ada yang menulis itu? Sudah? Sudah ada? Sudah ada beberapa
orang? Satu, dua ah bagus, sudah mulai
banyak, saya suka sekali, harus makin
lama makin banyak, ada satu lembaran khusus, semua makhluk yang berhubungan
karma dengan saya, kenapa? Kakek, Nenek Moyang kita yang sudah kita nggak
kenal, semoga dia juga berbahagia, karena mungkin dia mengikuti kita.
Karena pada zaman Raja
Bimbisara dulu, makhluk makhluk peta yang megikuti Raja Bimbisara, itu
sudah ribuan tahun lamanya, karena itu
sejak Buddha Buddha yang dulu, dia
selalu ikut.
Nah, itu sejak Buddha –
Buddha yang dulu, dia selalu ikut. Nah, oleh karena itu tulis semua makhluk
yang berhubungan karma dengan kita, termasuk musuh musuh Anda. Kenapa? Karena
makhluk yang berada di sekitar Anda, mungkin itu keluarga dekat yang sayang
dengan Anda, tapi jangan salah, ada juga makhluk yang nggak suka dengan Anda,
musuh Anda, yang mati penasaran gara gara Anda, dalam kehidupan ini maupun kehidupan kehidupan yang dulu itu
terus nempel. Itu kita limpahkan jasanya, semua makhluk yang berhubungan karma dengan kita.
Nah, lalu perbuatan baiknya
bagaimana, apakah harus setahun sekali setiap tanggal lima belas bulan tujuh
imlek seperti tahun ini? Tidak. Setiap hari, setiap saat Anda bisa lakukan
perlimpahan jasa ini. Caranya bagaimana? Pada malam hari ketika Anda sudah mau istirahat. Ingatlah satu hari ini Anda sudah
melakukan apa saja kebajikan, misalnya pada pagi bangun tidur, Anda kemudian
memberi makan binatang kesayangan Anda. Catatlah itu sebagai kebajikan yang
Anda miliki. Kemudian Anda membuka toko, lalu ketika ada orang menawar barang, lalu kita memberikan kata
kata “Morning Price”, harga pagi hari, harga penglaris, lebih murah daripada
harga biasa. Itu ada diskon khusus. Itu Anda sudah melakukan kebajikan.
Kemudian ketika ada
pengemis, pengamen datang ke toko Anda, Anda berdana. Sudah kebajikan. Ketika
ada orang membeli di toko. Anda terlalu banyak duitnya, sepuluh ribu dikasih
dua puluh ribum trus dia pergi. Kembalian uang sepuluh ribu ini dan Anda dan
Anda mengganggap itu juga kebajikan.
Demikian seterusnya Anda
ingat kebaikan Anda satu hari ini lalu
Anda renungkan, semoga dengan kebaikan yang saya lakukan sampai malam
hari ini dari tadi pagi, akan membuahkan sebahagian untuk saya sekeluarga dan
juga semua makhluk yang berada di sekita saya. Semua makhluk yang pernah
berhubungan karma dengan saya.
Ucapkanlah itu beberapa kali, kemudian semoga semua makhluk hidup
berbahagia. Plek, tidur nyaman, enak. Tiap malam Anda boleh kerjakan seperti
itu, merenungkan kebajikan Anda, limpahkanlah jasanya semoga semua makhluk
berbahagia, semua makhluk yang berhubungan karma dengan saya berbahagia, Anda
boleh ucapkan itu dan Anda istirahat.
Lalu bagaimana kalau leluhur
Anda ada yang tidak di Indonesia, atau tidak di surabaya. Mungkin keluarga Anda
ada yang dimakamkan di Sentong Baru, atau dimakamkan di Kalimantan, di Sulawesi
atau bahkan di luar negeri. Apakah bisa perlimpahan jasa? Bisa. Bagaimana
logikanya? Anda sekarang di Surabaya di Vihara ini, coba Anda memikir rumah
Anda yang di Surabaya. Begitu Anda berfikit, rumah Anda langsung terbayang
betul betul. Ah, sekarang bayangkan kota Jakarta, mungkin Anda punya rumah
disana, begitu Anda terpikir, bayangan itu ada. Sekarang bayangkan kalau Anda
pergi keluar negeri, mana yang pernah Anda kunjungi, bayangkan, muncul. Nah,
pikiran geraknya sangat cepat.
Begitu Anda berpikir,
bayangan itu muncul. Demikian pula dengan leluhur kita, sanak keluarga kita,
semua makhluk yang pernah berhubugnan karma dengan kita. Dimanapun mereka
berada, pada saat kita berpikir, pada saat itu juga tembus pada mereka semua.
Oleh karena itu, saudara
saudaram tiap malam, Anda boleh kerjakan perlimpahan jasa, kepada siapapun
juga, khususnya kepada semua makhluk yang pernah berhubungan karma dengan
ikita, maka akhirnya apabila mereka selalu kita buat bahagia dengan perlimpahan
jasa ini. Mereka selalu bisa berpikir bahagia. Berpikir positif para makhluk tersebut, karena perbuatan baik
kita. Maka mereka bisa meninggal dari alamnya karena sudah cukup karma baiknya
dan terlahir di alam yang lebih baik.
Ini karena perlimpahan jasa
yang kita berikan terus menerus, sedangkan kita yang memberikan perlimpahan
jasa yang terus menerus, kita pun juga
akan mendapatkan kebaikan itu sendiri. Karena sesungguhnya di dalam Dhamma,
siapa yang menanam dia yang akan panen. Menanam padi tumbuh padi.
Kalau sekarang kita menanam
kebajikan maka sesungguhnya kita pun juga akan mendapatkan kebahagiaan. Para
leluhur, sanak keluarga kita, semua makhluk yang pernah berhubungan karma
dengan kita, itu adalah objek bagi kita untuk melakukan kebajikan. Cobalah tiap
malam kita limpahkan jasa kebaikan kita selama satu hari penuh kepada mereka
semua, karena sesungguhnya, makhluk makhluk yang berada di sekitar kita, bukan
makhluk jahat. Dia hanya ingin kita berbagi dengan mereka seperti Paritta
Tirrokudha Sutta yang dibacakan tadi. Sebetulnya disitu dijelaskan bahwa para
leluhur kita, mereka menanti di dinding dinding, di gerbang gerbang, di persimpangan jalan ketika kita
lewat, mereka lihat, mereka berteriak. Tetapi kita tidak pernah kenal dengan
mereka ketika kita sedang berbahagia mengadakan
pesta pora, kita tidak pernah mengundang mereka, karena kalau mereka datang
kita malah takut. Karena itu kita harus melimpahkan jasa ini, setiap malam Anda
ucapkan perlimpahan jasa ini maka Anda melakukan kebajikan dan Anda pun
menolong mereka keluar dari alam penderitaan untuk terlahir di alam bahagia.
Oleh karena itu,
sesungguhnya di dalam Dhamma disampaikan bahwa melaksanakan Dhamma di dalam
kehidupan sehari hari akan membuahkan kebahagiaan. Melaksanakan Dhamma bermacam
macam, mengembangkan kebajikan, melaksanakan Sila dengan melatih Pancasila
Buddhis misalnya, tidak membunuh, mencuri, melanggar kesusilaan, berbohong dan
mabuk mabukan. Ini pun bisa kita limpahkan jasanya.
Melaksanakan kekuatan
Meditasi, kita bersamadhi, melakukan konsentrasi, itupun juga bisa kita
limpahkan jasa kita, karena bukan hanya kebaikan lewat materi saja yang bisa
kita limpahkan. Tetapi kebajikan dengan tenaga, dengan ucapan, dengan pikiran
dalam bermeditasi itupun juga kita bisa limpahkan. Kebajikan yang kita lakukan
ini akan berbuah didalam diri kita.
Namun perlimpahan jasa ini
pun akan membahagiakan sanak keluarga kita yang pernah berhubungan karma dengan kita. Oleh karena
itu saudara – saudara, mulailah dalam acara perlimpahan jasa ini, kita mengubah
cara berpikir kita. Jangan takut dengan makhluk halus karena sesungguhnya
banyak diantara mereka justru mereka yang pernah berhubungan karma dengan kita.
Merekalah obyek untuk kita tolong bersama. Semoga dengan kekuatan kebajikan
yang Anda lakukan, pada malam hari ini, akan membuahkan kebahagiaan untuk para
sanak keluarga Anda yang telah meninggal. Juga semua makhluk yang pernah
berhubungan karma dengan kita semua, semoga mereka semua berbahagia di alam kelahiran
yang sekarang, kemudian juga dengan kebajikan yang kita memiliki semoga akan
membuahkan kebahagiaan karena melaksanakan Dhamma didalam kehidupan sehari hari
akan membuahkan kebahagiaan untuk kita, kebahagiaan untuk semua makhluk. Semoga
semua makhluk, baik yang tampak maupun tak tampak akan memperoleh kebaikan dan
kebahagiaan sesuai dengan kondisi
karmanya masing masing.
Sabbe satta bhavantu
sukhitatta.
Sadhu... sadhu...sadhu...
sumber: