Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 4


Richard mengulurkan tangannya kepadaku, dan membelai kepalaku dengan lembut, “Sudah, dik, anjingnya sudah pergi.” Di rengkuhnya badanku ke pelukannya. Hangat, kesan pertama yang kudapatkan darinya, seluruh badanku  bergetar karena masih tersisa ketakutan saat di kejar anjing tadi, tanpa terasa aku mulai menangis terisak isak, menangis lega. Dengan manja aku memeluk leher Richard yang saat itu tersenyum ramah menenangkan diriku yang masih nampak ketakutan. Sampai akhirnya aku terdiam karena ketiduran, Richard kemudian membawaku pulang, terakhir aku baru tau, bahwa kami bertetangga, rumah Richard dan rumahku tepat saling berdempetan. Seluruh keluarga mengucapkan terima kasih pada Richard yang telah menolongku. Papa segera menggendongku yang saat itu ketiduran, tidak lupa Papa mengecup pipiku dengan sayangnya, tanpa lupa berterima kasih kepada Richard yang telah menolongku.


Sejak itu. Aku selalu menempel kepada Richard, kemana pun dia pergi, sampai sampai semua tetangga di lingkungan kami menyebut Richard sebagai pengawal pribadiku, aku hanya tersenyum geli mendengarnya.

Pagi pagi aku sudah mengetuk jendela Richard untuk memberikannya sebutir permen yang di berikan mama kepadaku, aku ingin berbagi apapun dengan Richard. Semua hanya tentang Richard, hanya dia yang kulihat selama puluhan tahun ini.

Richard juga sama, tidak pernah sekalipun aku melihatnya bersama gadis lain. Sampai suatu hari, tetangga kami, Diana, kakak yang satu sekolah dengan  Richard tiba tiba saja mengganggu kehidupanku dengan Richard. Waktu itu Richard sudah kelas tiga SMA, dan Diana adalah teman sekelas Richard. Diana nampak sangat agresif mengejar Richard yang pendiam. Hampir tiap hari aku melihat Diana datang ke rumah Richard, namun Richard selalu bersembunyi di kamarku menghindari Diana. Sungguh  kejadian yang sangat lucu.

Sampai saatnya perpisahan itu pun tiba, Richard harus melanjutkan kuliahnya di Medan, tentu saja saat itu yang paling merasa keberatan adalah aku. Seharian aku bersembunyi di kamar menghindari Richard yang terus terusan membujukku. Saat itu aku sudah kelas lima SD dan Richard mulai masuk ke dunia perkuliahan. Namun Richard yang sangat pandai mengambil hatiku berhasil membujukku, bahwa dia akan pulang seminggu sekali, karena jarak Medandan Tebing tinggi tidaklah begitu jauh. Jika di tempuh dengan kereta api paling Cuma 2-3 jam. Akhirnya akupun tersenyum lagi, saat itu untuk kesekian kalinya Richard yang kerap kupanggil Abang, mengecup pipiku. Dan menggendongku jalan jalan. Sungguh hari yang sangat indah.

Pada waktu kepergian Richard, aku dan mama mengantarnya ke stasiun kereta api, aku tidak berhenti hentinya menangis karena baru pertama kali selama pertemuan kami, aku harus berpisah dengan Richard, yang kala itu masih ku anggap Abang. Namun Richard berpesan kepadaku bahwa dia tidak suka dengan air mata, lalu menghapus air mataku dan berkata untuk jangan menangis, karena kami akan bertemu lagi seminggu kemudian. Perpisahan itu sesuai janji Richard hanya berlaku seminggu, seminggu kemudian Richard pulang. Kami bisa bersama lagi selama seharian penuh bersepeda dan bermain di tanah lapang, kemudian hari minggu sore, Richard kembali ke Medan untuk kuliah.

Setelah beberapa tahun berlalu, akhirnya saat Richard wisuda tiba, aku juga ikut disana berfoto dengannya, saat itu aku sudah remaja, dan Richard sudah dewasa, setelah acara wisuda itu, Richard mengemukakan perasaannya kepadaku. Tentu saja perasaannya kuterima karena aku juga merasakan hal yang sama.


Tahun demi tahun berlalu, ketika aku tamat SMA, Richard yang pertama memberikanku ucapan selamat, dengan bunga mawar dan ucapan selamat. Dan sepucuk suratyang di pesannya jangan di buka sekarang, buka saja nanti malam. Katanya. Sambil mengecup keningku dengan penuh kasih sayang. Ternyata suratitu adalah formulir pendaftaran kuliah di Medan. Tanpa terasa air mataku menetes, ternyata Richard telah mempersiapkan segalanya. Mama dan papa yang sudah mempercayai Richard dari awal, membiarkan aku ikut dengannya ke Medan.

Comments
0 Comments
>

Arini