Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

Petikan Kata-Kata Bhikkhu Uttamo part 1

Petikan Kata-Kata Bhikkhu Uttamo


kiriman : Merry


1. Ketika seseorang mendapatkan pujian, celaan bahkan fitnah, renungkanlah bahwa :
Sudah biasa orang mendengar kata celaan, pujian, bahkan fitnah.
Hal ini juga dialami Sang Buddha yang Maha Sempurna.
Anggap sebagai buah kamma.
Karena kita tidak bisa mengatur isi pembicaraan orang lain.
Dengan perenungan ini, semoga beban pikiran menjadi ringan.
Masalah juga bisa lebih mudah diselesaikan dengan memperbaiki perilaku agar mengurangi kondisi untuk dicela maupun difitnah.

2. Apabila seseorang mampu mengatasi pikirannya sendiri, maka ia akan dapat mengendalikan keinginannya dan bisa membebaskan diri dari jeratan perasaan suka dan duka.

3. Sesungguhnya, kebahagiaan hidup bukanlah karena seseorang telah memiliki segala bentuk kenikmatan duniawi. Kebahagiaan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai pikirannya sendiri serta memenuhinya dengan gelombang cinta kasih.

4. Apa yang dianggap penting oleh seseorang mungkin tidak penting bagi yang lainnya, itu urusan kebijaksanaan yang berbeda. Tetapi kita masing-masing orang harus bisa membedakan, karena inilah sesungguhnya KEBIJAKSANAAN

5.  Orang yang memiliki keyakinan akan kebenaran Sang Buddha, akan bersemangat untuk  melaksanakan Ajaran Luhur Sang Buddha, selalu memusatkan perhatian pada penerapan dan pelaksanaan Ajaran Sang Buddha. Tidak akan bisa terpengaruh oleh bujukan orang lain agar mencoba, apalagi memilih agama lain untuk menggantikan Buddha Dhamma yang telah diyakini dan tetap bertahan pada Buddha Dhamma apapun yang terjadi padanya.

6. “Semoga semua makhluk selalu hidup berbahagia”, apabila seseorang selalu mempergunakan waktu luangnya untuk mengucapkan kalimat tersebut, maka secara bertahap pikirannya akan berisikan gelombang cinta kasih.

7.
* Sesungguhnya, orang yang membantu melestarikan Dhamma telah melestarikan (maksudnya : melakukan-admin) Dhammadana yang tertinggi nilainya diantara semua jenis Dhamma;
* Hanya orang bijaksana yang mampu memilih hal baik di antara banyak hal buruk, ia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagian lahir dan batin.
* Tidak akan ada kekecewaan dikala menderita, tiada kesombongan dikala suka, karena orang telah menyadari bahwa segala suka dan duka yang dialami adalah hasil perbuatannya sendiri.
* Pasangan (suami-istri) yang baru hendaknya selalu berusaha menjaga segala bentuk pikiran, ucapan dan perbuatannya agar ditujukan pada KEBAIKAN.
Dengan kata lain, mereka mendidik diri mereka sendiri dahulu sebelum me MULAI mendidik anaknya

8.
* Harta, Kekayaan, Kemoralan, Kedermawanan dan Kebijaksanaan seperti sumur. Ketika dibagikan airnya tetap sama tetapi orang yang kehausan menjadi bebas dari kehausan. Jangan hanya menjadi sumber air dalam diri kita, bagikanlah kepada siapapun dilingkungan kita serta keluarga kita sehingga kita menjadi sumur kebajikan yang tidak pernah habis.
* Seseorang yang berbuat kebajikan dalam kehidupan yang sedang menderita akan mengkondisikan dirinya mendapat kebahagiaan dalam kehidupan ini maupun yang akan datang
* Keberhasilan menganjurkan orang melaksanakan Dhamma adalah merupakan Dhammadana yang diyakini akan memberikan buah terbesar melampaui segala bentuk pemberian lainnya

9.
* Sesungguhnya MEDITASI adalah mendidik, membimbing kita agar selalu siap menerima dan menghadapi segala PERUBAHAN yang terjadi.
* Apabila Seseorang hanya melatih diri secara fisik saja, maka ia akan menjadi orang yang munafik, pandai berpura-pura, kelakuannya baik tetapi pikirannya jahat. Ia hendaknya juga melatih pikirannya dengan meditasi.
* Mendengarkan Dhamma adalah ibarat memberikan tenaga tambahan pada batin seseorang yang mungkin lelah dalam menghadapi kenyataan hidup.
* Hendaknya seseorang berbuat baik demi perbuatan baik itu sendiri. Ibarat bunga, ia mekar demi mekarnya sendiri tanpa dipengaruhi oleh keinginan untuk dilihat maupun dipuji.
* Semakin tinggi kualitas batin dan pemahaman orang itu akan kebenaran Hukum Karma, maka semakin berkurang pula kebiasaannya merumuskan kebahagiaan yang diharapkan setelah ia melakukan suatu kebajikan.

10.
* Setiap dari langkah kita apabila mengecewakan orang lain belajarlah untuk memperbaiki. Setiap dari langkah kita apabila membahagiakan orang lain, belajarlah untuk ditingkatkan. Sehingga akhirnya setiap langkah kita mendatangkan senyuman, tawaan serta Kebahagiaan untuk siapapun yang ada di lingkungan kita.
* Keyakinan adalah salah satu harta yang kita miliki dan akan kita bawa sampai kelahiran yad. Jika kita punya keyakinan pada Dhamma, ketika meninggalpun dengan keyakinan yang kuat, bisa terlahir dalam alam Bahagia.
* Menceritakan secara sederhana pengalaman sendiri setelah melaksanakan Dhamma, akan mendorong orang lain mengikutinya, juga menjadikan orang lain memiliki kesempatan mendapatkan pengalaman yang serupa yaitu KEBAHAGIAAN

11.
* Kalau ingin sukses dalam hidup, baik dalam rumah tangga maupun karir, maka lenyapkan semua ketamakan, kebencian dan kegelapan batin.
* Kemanapun seseorang pergi, hendaknya ia dapat selalu menumbuhkan kedamaian dan kebahagiaan kepada semua mahkluk yang ada
* Tidak ada kekecewaan dikala menderita.
Tidak ada kesombongan dikala suka.
Karena (Untuk – admin) orang yang telah menyadari bahwa segala suka dan duka yang dialaminya adalah hasil perbuatannya sendiri.

12.
* Sesungguhnya makna dari ber”dana” adalah menumbuhkan kebiasaan berpikir untuk membahagiakan makhluk lain, bahkan semua makhluk. Ia akan membahagiakan mereka dengan segala macam cara menumbuh kembangkan pikiran yang penuh CINTA KASIH.
* Hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam usaha melaksanakan Buddha Dhamma adalah ketekunan, keuletan, kesungguhan dan semangat untuk membuktikan kebenaran ajaran Sang Buddha.
* KEBAHAGIAAN bukan dicari diluar diri kita, tapi
KEBAHAGIAAN itu ada dalam diri kita.
KEBAHAGIAAN itu ada pada cara kita mengubah cara berpikir kita.
Makin pandai kita mencari cara untuk mengubah pikiran kita, maka akan semakin baik.

13
* Mendengarkan Dhamma adalah memberikan tenaga tambahan pada batin seseorang yang mungkin lelah dalam menghadapi kenyataan hidup.
* Kebiasaan mengembangkan KETAMAKAN (kebencian dan kegelapan batin-admin) akan berbuah dalam bentuk kelahiran kembali yang terus berulang tiada hentinya.
* Ke-Aku-an menjadikan seseorang merasa sebagai tokoh utama dalam hidup ini, tanpa dirinya seakan dunia tidak akan berputar lagi.
Padahal seseorang mampu mencapai kondisi seperti saat ini pasti ada sebabnya. (Hukum Sebab dan Akibat)

14.
* Nibbana dapat dicapai ketika manusia masih hidup di dunia dan mampu mengembangkan kesadaran secara total, sehingga ia terbebas dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin.
* Perbuatan baik bukan hanya dilakukan sekali dalam jumlah yang besar, tetapi harus berulang-ulang sepanjang waktu.


15.
* Manfaat ajaran Sang Buddha bukan tergantung pada profesi seseorang melainkan pada kemauan seseorang untuk melaksanakan pengendalian diri sehingga melihat proses hidup sebagaimana adanya.
* Apabila si anak mampu menjadi Bhikkhu yang baik serta mampu melatih diri sehingga mencapai kesucian, maka sebagai orangtua yang telah mengijinkan anaknya menjadi Bhikkhu tersebut akan memiliki kamma baik yang Luar Biasa.
* Kathina memang saat yang tepat untuk berdana empat kebutuhan Bhikkhu. Lebih indah lagi apabila pada saat berdana bertekad juga melepaskan dan melenyapkan ke-Aku-an.
* KUNCI SUKSES ;
1. Belajar lebih banyak dari orang lain.
2. Bekerja lebih keras dari orang lain
3. Berkeinginan lebih sedikit dari orang lain.

16.
* Seseorang hendaknya tidak hanya mengeluhkan sikap lingkungan terhadap dirinya. Ia hendaknya juga merenungkan dengan baik “Kualitas hidup apakah yang harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan dalam diri agar lingkungan dapat menerima diri kita dengan baik”
* Semakin tinggi kualitas batin dan pemahaman orang itu akan kebenaran hukum karma, maka semakin berkurang pada kebiasaannya merumuskan bentuk kebahagiaan yang diharapkan setelah ia melakukan suatu kebajikan
* Umat Buddha yang mencapai kesucian setelah melaksanakan ajaran Sang Buddha, maka umat seperti inilah yang sesungguhnya layak berbangga
* Faktor terpenting dalam Buddha Dhamma adalah bagaimana seseorang dapat merasakan manfaat Dhamma dalam kehidupannya setelah ia melaksanakan Ajaran Sang Buddha tersebut dalam kehidupan sehari-hari

17.
* Penghormatan, selain sebagai sarana mengurangi ke-Aku-an, juga untuk membiasakan kita agar dapat mengenal budi baik orang lain.
* Apabila seseorang dapat merenungkan dan menyadari bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, maka ia akan melihat dirinya sendiri sama dengan orang lain.
* Perasaan sombong dapat timbul dalam diri seseorang karena ia hanya mengingat kelebihan diri sendiri serta memandang orang lain dari sudut kelemahannya.
* Seorang umat Buddha harus menjadi teman untuk mereka yang sedang mengalami kesedihan.
* Dengan menyadari manfaat langsung melakukan kebajikan melalui ucapan, perbuatan dan pikiran, seseorang hendaknya akan selalu berkarya dengan semaksimal mungkin.

18.
* Berbahagialah Anda apabila mengalami kesulitan hidup karena jika Anda lulus dari kesulitan itulah makna kesuksesan yang sesungguhnya.
* Kalau sebagai umat Buddha selalu mengeluh ketika mengalami kesulitan, sesungguhnya (ia) sudah mundur dari gemblengan hidup.
* Ada sukses dari sudut yang berbeda, yaitu bahwa sukses itu kadang bukan karena tercapainya satu tujuan tetapi sukses itu adalah ketika seorang itu berani mengatasi kesulitan dalam mencapai tujuannya.
* Selain seseorang sering melakukan kebajikan kepada mahkluk lain, sebaiknya ia juga selalu menumbuhkan kebahagiaan dengan melihat maupun mendengar orang lain melakukan kebajikan.

19.
* Kekuatan CINTA KASIH adalah kekuatan yang tidak bisa dikurangi atau bahkan dilenyapkan.
* Manfaat ajaran Sang Buddha bukan tergantung pada profesi seseorang melainkan pada kemauan seseorang untuk melaksanakan pengendalian diri sehingga melihat proses hidup sebagaimana adanya.
* Ketenangan pikiran adalah modal utama KEBAHAGIAAN.

20.
* Tiga  kunci untuk buka rejeki agar Sukses dan Bahagia ;
– Kerelaan : kerelaan dalam ucapan, pikiran dan perbuatan.
– Pabajja, dalam arti melepas segala kemelekatan
– Selalu menghormat pada Orang Tua
* Pengulangan kalimat “Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata” setiap saat, melatih kita untuk selalu berucap, berpikir dan berbuat berdasarkan Kejujuran.

21.
* Kehidupan mengalir seperti air sungai yang tidak akan pernah sama dari satu saat ke saat yang lain.
Dengan demikian, masa lalu hanya menjadi kenangan dan tidak akan bisa diulang kembali.
* Apa yang terpikir (sebagai) kebajikan untuk Anda lakukan saat ini?
Apa yang terpikir sebagai satu kebajikan, segera (lah)diungkapkan/dilakukan.
* Keserakahan akan timbul apabila kegagalan suatu usaha dianggap kerugian besar.
Sebaliknya, apabila kegagalan menjadi pelajaran untuk meningkatkan kualitas diri dimasa depan, maka tentu saja usaha yang rajin dan bersemangat dalam berwiraswata tidak dapat segera disebut sebagai Keserakahan.

22.
* Kesulitan dapat muncul karena adanya perbandingan antara rencana / angan-angan dengan kenyataan yang ada, maka orang menganggap hal itu sebagai kesulitan yang semakin besar
* Dalam pandangan Dhamma, seseorang disebut sebagai ber-Tuhan bukanlah karena ia memiliki kepercayaan kepada Tuhan, melainkan orang yang memiliki perbuatan baik dan membahagiakan lingkungannya.
* Kebijaksanaan adalah merupakan hasil yang diperoleh dari usaha mempertahankan keyakinan, semangat, perhatian dan konsentrasi

23.
* Kebahagiaan Surgawi yang dicapai setelah mendapatkan kebahagiaan Duniawi dapat diperolah para umat Buddha dengan mengkondisikan timbulnya kebahagiaan Duniawi kepada mereka yang membutuhkan.
* Dengan pemahaman dan pelaksanaan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari secara tekun dan sungguh-sungguh dapat menimbulkan Kebijaksanaan yang menjadi Tonggak Kejujuran.

24.
* Kerelaan digunakan untuk menyesuaikan harapan kita agar sama dengan kenyataan dan dapat menerima kenyataan.
* Sikap atau perilaku yang lebih baik daripada hanya sekedar memiliki rasa malu berbuat jahat adalah memiliki rasa takut akibat berbuat jahat.
* Kebiasaan mengembangkan ketamakan akan berbuah dalam bentuk kelahiran kembali yang terus berulang tiada hentinya.
* Meditasi sesungguhnya adalah menyadari masuknya obyek indera melalui 6 indera yaitu mata, hidung, mulut,telinga, kulit dan pikiran. Kesadaran inilah yang harus dikembangkan.

25.
* Sikap atau perilaku yang lebih baik daripada memiliki rasa malu berbuat jahat adalah memiliki rasa takut AKIBAT berbuat jahat.
* Kebiasaan mengembangkan ketamakan, ini akan berbuah dalam bentuk kelahiran kembali yang terus berulang tiada hentinya.
* Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, seorang umat Buddha hendaknya dapat mengembangkan cinta kasih berdasarkan kebijaksanaan serta memiliki ketegasan dalam bertindak dan berbicara.
* Perbuatan baik itu sesungguhnya tidak sulit dilakukan; masalah utama yang sering menghambat adalah kemauan untuk berbuat baik yang TIDAK timbul setiap saat.
* Dengan mengingat tujuan hidup, seseorang akan selalu berusaha melakukan suatu perbuatan berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya, bukan karena pengaruh lingkungan.
* Menghadapi cita-cita dimasa depan maupun segala suka duka dimasa y.a.d, seseorang hendaknya tetap berusaha menyadari bahwa segala bentuk kebahagiaan dan pencapaian cita-cita tsb hanya akan DAPAT terjadi apabila seseorang melakukan suatu tindakan TEPAT pada saat ini.
* Dengan usaha meningkatkan nilai positif dan memperbaiki nilai negatif yang ada pada diri seseorang dimasa sekarang ini akan mewujudkan KEBAHAGIAAN dimasa depan.
* Seorang pemimpin hendaknya bisa bersikap ramah tamah dan sopan santun kepada siapapun juga, bahkan kepada musuhnya sekalipun. Karena memang pemimpin adalah orang yang bisa menguasai dirinya sendiri, bukan menjadi penguasa untuk orang lain.

26.
* Kebahagiaan berasal dari cara berpikir.  Oleh karena itu, seseorang yang dapat mengendalikan pikirannya akan mendapatkan kebahagiaan dimanapun berada.
* Seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan walaupun telah mengucapkan tekad serta harapannya berkali-kali apabila ia tidak terlebih dahulu memperbanyak kebajikan dengan mengembangkan kerelaan, kemoralan serta konsentrasi.
* Yang hilang jangan dicari
Yang datang hadapi
Yang belum datang jangan dinanti
Tujuan meditasi adalah hidup berbahagia didalam kesadaran.

27.
* Kita hendaknya mencari penyebab keberhasilan dan berupaya meningkatkan kembali penyebab keberhasilan atau kebahagiaan itu. Dengan demikian semakin lama kita berusaha, semakin banyak pula yang kita capai keberhasilan.
Inilah tanggung jawab kehidupan seseorang yang melaksanakan ajaran Sang Buddha.
* Umat Buddha haruslah mampu kreatif untuk menyelaraskan berbagai teori Dhamma dengan Kenyataan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian umat Buddha akan dapat leluasa melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari sehingga memberikan Kebahagiaan untuk diri sendiri maupun lingkungannya.
* Seseorang yang mampu mengubah pikiran agar sesuai dengan kenyataan, batinnya akan menjadi tenang dan sabar, dan hidup terasa bahagia.

28.
* Berlindung pada BUDDHA, artinya berjuang dengan keras (seperti Bodhisatta – admin) agar tercapai hasil maksimal/Kebahagiaan
Berlindung pada DHAMMA, artinya berperilaku benar (sesuai Buddha Dhamma – admin) harus menjadi nafas kehidupan
Berlindung pada Sangha, artinya bahwa (Ariya – admin) Sangha karena perjuangannya yang keras mencapai kesucian.
Maka dengan berkeyakinan pada Buddha Dhamma Sangha apabila seseorang melakukan berbagai Kebajikan maka orang tersebut akan mencapai Kebijaksanaan.
* Pelimpahan Jasa adalah mengkondisikan mendiang yang ada (terlahir – admin) disekitar kita berbahagia atas kebajikan yang telah kita lakukan
* Ketika menghormat pada leluhur, hendaknya kita merenungkan bahwa kita berada di sini sekarang(salah satunya adalah) atas jasa baik dari orang-orang di sekitar kita

29.
* Putus asa adalah tanda seseorang tidak sabar menunggu waktu kesulitan berlalu.
* Putus asa hanya dialami oleh seorang yang tidak punya tujuan hidup dan hanya mengingat masa lalu.
* Meditasi sesungguhnya mengasah ketrampilan berpikir.
* Iri hati hanya bisa dilenyapkan dengan merenung bahwa kita dan yang lainnya sama-sama mempunyai kelebihan dan juga kekurangan.

30.
Keberuntungan dapat diperoleh (ditingkatkan – admin) dengan :
1. Kerelaan
2. Kemoralan
3. Menghormati orang tua

31.
Makna Kathina adalah melepas kemelekatan pada semua orang atau benda yang kita sayangi.
Kita harus berdana kebajikan pada semua orang di lingkungan kita tidak hanya berdana pada saat hari Kathina.
Harta yang tidak bisa diambil/ dicuri adalah :
1. Keyakinan (berbuat kebajikan membuahkan kebahagiaan)
2. Kemoralan (sumber kebahagiaan)
3. Merasa malu melakukan kejahatan
4. Takut akan akibat melakukan Kejahatan
5. Keinginan belajar Dhamma lebih banyak
6. Mengembangkan Kerelaan
7. Kebijaksanaan (memahami bahwa hidup ini tidak kekal)
Kathina adalah hari untuk :
1. Mengerti akan kebutuhan orang lain
2. Mengurangi ketamakan
3. Mengurangi kebencian
4. Membangun kecerdasan dalam Dhamma
5. Mengembangkan latihan meditasi

32.
* Bela diri tertinggi adalah membuat musuh tidak bisa lagi memukul pada kita.
* Rahasia Kaya, Sehat dan Bahagia adalah KECERDASAN dalam menerima kenyataan hidup.
* Menerima semua Kenyataan dengan sadar itulah makna kehidupan sebenarnya.
* Kehilangan harta dan orang yang dicintai, masih tidak seberapa dibandingkan dengan kehilangan Kemanusaiaan itu sendiri.
* Dengan sering berbuat Kebajikan Materi akan berbuah Kejujuran dalam ucapan dan perilaku hingga pada akhirnya berbuah meningkatnya Kesabaran.

33.
Kerelaan awal dari Kebajikan
Dengan Kerelaan ber Dana :
1. Materi, membantu kebutuhan para Bhikkhu, orang tua, keluarga dan lingkungan
2. Dhamma, membagi indahnya Dhamma pada orang tua,keluarga dan lingkungan
3. Perilaku, membanggakan orang tua, keluarga dan lingkungan
Maka lengkaplah makna Dana Kathina

34.
* Jadikanlah sifat-sifat baik dan bajik sebagai kebiasaan, setiap hari
* Dengan belajar Dhamma lebih lama haruslah membuahkan hasil pemahamam bahwa hidup adalah Saat Ini, bukan Masa Lalu ataupun Masa Depan
* Kerelaan yang mempunyai pengertian benar akan membuahkan Kebahagiaan
* Menerima semua kenyataan dengan sadar
Itulah makna Kehidupan sebenarnya

35.
* Kesuksesan adalah peningkatan atas apa yang diterima, yang harus dipelajari dan diperbaiki setiap saat
* Dhamma bukan untuk dihafal. Kebaktian bukan untuk rutinitas. Tetapi sesungguhnya kembali kepada diri sendiri, sudahkah kita melaksanakan ajaran Sang Buddha dan sudah merasakan manfaat Dhamma
* Keselamatan ditentukan oleh seberapa banyak Kebajikan yang sudah dilakukan
* Jangan selalu mengharapkan Panen tetapi selalu, selalu Menanam Kebajikan
* Penyebab Marah no 1 adalah permintaan yang terlalu tinggi untuk dipenuhi

36.
* Pola pikir kita ubah maka karma baik akan selalu datang bukan karena campur tangan fihak manapun juga, tapi pikiran kita (sendirilah -admin) yang berperan
* Janganlah membuat para leluhur malu terhadap perbuatan kita yang tidak sesuai dengan Dhamma, karena pelimpahan jasa berbuah (sesuai harapan – admin) apabila perbuatan kita tidak membuat para leluhur malu.
* Sudahkah watak kita berubah setelah melihat orang sakit, orang tua, dan orang mati seperti (yang dilakukan oleh – admin)  Sang Buddha? Untuk (perubahan mental seperti itulah-admin ) Sang Buddha patut dihormati
* Sering kita berpikir bahwa orang lain akan berbuat jahat pada kita; sebenarnya kejahatan itu ada pada diri sendiri

37.
* Agama Buddha menawarkan :
1. Kebahagiaan Duniawi
2. kebahagian Surgawi (26 tingkat)
3. Kebahagiaan tertinggi (Nibbana)
* Ketika memiliki kemauan maka tentu ada Jalan.
Jika tidak ada jalan, buatlah Jalan untuk mencapai harapan.

38.
* Kerelaan bukan hanya dibidang materi, tetapi juga kerelaan membiarkan mahkluk lain untuk hidup
* Perhatian, kasih sayang lebih tinggi daripada kerelaan materi
* Kerelaan dasar kebajikan dan kehidupan
* Kebajikan dasar keberuntungan, walaupun fisik bagus kalau tidak ada perilaku yang baik maka hidupnya biasa-biasa
* Kerelaan materi
Kerelaan perhatian dan kasih sayang
Kerelaan menjalankan 5 sila
Kerelaan melakukan meditasi
Itulah dasar-dasar keberuntungan

39.
* Keteladan bukan unsur luar tetapi karena perilaku yang baik dan pantas teladannya dan kehormatannya
* Keteladanan yang pantas dimuliakan didapatkan ketika masih hidup
* Meditasi pagi dan malam adalah latihan, meditasi yang sesungguhnya adalah kehidupan saat ini
* Kemampuan kita menerima sebagaimana adanya itulah yang akan menentukan dimana kita akan dilahirkan kelak

40.
* Melihat sebagaimana adanya itulah sesungguhnya salah satu cara Pencapaian Kesucian.
* Power of giving akan terus mengejar kita sampai batas akhir kehidupan.
* Seorang umat Buddha bila ingin maju dalam Dhamma/ Glow in Dhamma maka harus bisa mempertahankan kemantapan Dhammanya, seperti gajah yang rela mati demi mempertahankan gadingnya.
* Agar Dhamma dapat bertahan, kita harus bisa merasakan Keindahan Dhamma, bukan teori, bukan hanya unuk mengisi waktu luang, tetapi untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
* Kerelaan harus tuntas dan melegakan.

41.
* Perilaku yang patut dipuji yaitu apabila kita bisa memperkenalkan Dhamma pada orang lain.
* Saat ini mulailah menjaga kesadaran diri kita agar bisa seperti burung Merak yang sedang melebarkan ekornya. Saat ekor sudah dilebarkan maka akan menjadi perhatian dan panutan bagi yang lain, yang dikemudian hari akan menjadi contoh bagi diri sendiri, orang terdekat kita, keluarga dan lingkungan kita.
* Melihat sebagaimana adanya itulah sesungguhnya salah satu cara Pencapaian Kesucian

42.
Santet sebenarnya mematangkan karma buruk orang yang akan dicelakai
* Tradisi dapat dilaksanakan asal tidak merubah arti Dhamma
* Kecenderungan pikiran Negatif seseorang hanya bisa diubah dengan melatih diri dalam pelaksanaan kemoralan dan konsentrasi.

43.
*Harta batin adalah punya Rasa Malu n Rasa Takut
*Agar kita tidak melanggar sila, modalnya hanya rasa malu dan rasa takut atas akibat perbuatan kita.
Kalau ini sudah bisa kita miliki, maka sesungguhnya kita bisa mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan
*Kalau (memiliki) rasa takut pada akibat perbuatan jahat, maka (itu) yang menjadi polisi sesungguhnya didalam batin kita, yang akan selalu menjaga selama 24 jam
*Sudahkah kita mempunyai rasa takut melanggar sila didalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari?
Kalau sudah, umur panjang, batin tenang dan kebajikan berkembang sehingga hidup didunia berbahagia, mati lahir dialam surga
*Sebagai umat Buddha, yang juga merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki tradisi, boleh menjalankan tradisi selama tradisi tersebut tidak melanggar Pancasila Buddhis
*Puja Bhakti merupakan urutan pertama dalam mengikuti agama Buddha karena Puja Bhakti adalah langkah2 untuk mengembangkan keyakinan pada Ajaran Sang Buddha yaitu Saddha
*Ceramah Dhamma akan menjadi pedoman hidup diri kita sehingga kita akan merasa mantab menjalani kehidupan ini
* Tiga hal yang patut kita renungkan dan kembangkan
-Rajin mengikuti Puja Bhakti sebagai hal pokok untuk mendapatkan ketenangan secara emosional
-Mendengarkan Dhamma dan menambah wawasan, untuk pegangan hidup dalam kehidupan sehari-hari
-Mencari teman diskusi untuk memperkuat keyakinan kita pada Ajaran Sang Buddha sekaligus memiliki kesempatan untuk membagikan Dhamma kepada pihak lain

44.
* Penyebab tidak adanya kerukunan yang mengakibatkan amarah baik dirumah, diVihara atau ditempat lainnya adalah adanya pemikiran dulu dan nanti.
Yang bisa meredam amarah hanyalah pemikiran “saat ini”
* Kesadaran meningkat, kesabaran meningkat
* Kenyataan “saat ini” yang tidak sesuai karena memikirkan yang dulu begitu dan nanti akan begini
The Power of Now sangat menentukan kesabaran.
* Dengan menyadari “saat ini” saya sedang apa sesering kali maka kesabaran akan datang dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud telah malaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan “Kerukunan Dasar Keutuhan”

45.
* 5 cara menuju Kebahagiaan :
1. Keyakinan yang sangat kuat akan hukum sebab akibat
2. Menjaga Kemoralan/ Mencegah Kejahatan
3. Membuka diri/ Pembelajaran
4. Kerelaan Berbagi
5. Kebijaksanaan-Menerima Kenyataan sebagaimana adanya
-Kebahagiaan diatas penderitaan mahkluk lain sifatnya sangat terbatas dan bersifat sementara.
-Sebaliknya berbuat kebajikan untuk kebahagiaan semua mahkluk lain merupakan kebahagiaan jangka panjang
-Selalu mengingat kebaikan orang lain dan membalas kebaikan tersebut adalah cermin perilaku orang yang selalu berbuat kebajikan
-Selalu mengingat kejelekan orang lain dan selalu mengingat kebaikan diri sendiri merupakan pernderitaan/ Dukkha.
-Orang yang selalu mempunyai pikiran, ucapan dan perilaku buruk akan selalu merasa rendah diri
-Kesadaran diri atas kondisi saat ini dengan tidak membuat perbandingan merupakan sebuah kebahagiaan
-Sukses tidak sukses dapat ditemukan disemua penjuru dunia, di negara manapun tidak tergantung dengan shio ataupun fengshui melainkan tergantung kebajikan yang telah dilakukan oleh masing-masing.

46.
*Sepekat apa pun kegelapan, tidak akan dapat menelan cahaya meskipun sangat kecil.
Demikian pula biarpun sederhana, jika itu kebajikan, perjuangkanlah.
*Agama Buddha mengajarkan agar hidup yang duka ini diproses sedemikian rupa sehingga bisa menjadi suka.
Karena suka dan duka itu hanyalah permainan pikiran
*Ketika kita bekerja, ketika kita berjuang, ketika kita berbicara, ketika kita berpikir; kita menyadari perjuangan itu sendiri, demi pembicaraan itu sendiri, demi pemikiran itu sendiri, maka hilanglah ketamakan, kebencian dan kegelapan batin.
Sehingga lahirnya PENCAPAIAN NIBBANA di dalam kehidupan, ketika kita bisa hidup sebagaimana adanya.
Melakukan perbuatan demi perbuatan itu sendiri.
*Kemelekatan sumber penderitaan dimasa kini maupun dikehidupan yad

47.
* Harta jika hanya disimpan, bermanfaat kurang maksimal, mungkin bisa juga hilang. Tetapi keindahan batin, bila semakin digunakan akan menjadi semakin elok dan mempesona.
* Kebajikan saat ini belum tentu bisa diulang dimasa yad.

48.
* Kerelaan, kemoralan dan kesadaran merupakan harta yang tak ternilai harganya.
* Kerelaan, kemoralan dan kesadaran, apabila dilakukan terus menerus merupakan harta yang tidak akan musnah dikehidupan kini maupun dikehidupan mendatang.
* Mengembangkan kemoralan juga merupakan salah satu kebajikan.
* Harta tak ternilai syarat utamanya adalah bersih, baik dan tepat waktu.

49.
* Mendengar Dhamma secara rutin walaupun lupa, tetap bermanfaat setidaknya perilaku, tutur kata dan cara berpikirnya menjadi baik.
* Dengan perilaku, tutur kata dan pikiran baik sudah melaksanakan Pancasila
Dengan sering melaksanakan Pancasila bisa menjalankan perilaku yang benar, ucapan benar.
* Orang mengenal Dhamma adalah orang yang selalu bisa menyeimbangkan antara keinginan dan kenyataan.
* Dengan mengenal Dhamma bisa merubah keinginan dengan bijak.
* Dengan mempraktekkan Dhamma bisa menghilangkan stress karena stress adalah keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Tidak stress adalah tanda mengenal Dhamma, karena dengan tidak stress maka timbullah kesabaran.
* Semakin emosi tidak terkendali berarti kita belum mendapatkan manfaat Dhamma.
* Mulailah dari diri sendiri untuk berlatih kesabaran dengan merubah keinginan, keinginan yang baik dan terkendali adalah dengan kerelaan.
* Bisa mempraktekkan Dhamma yang bukan materi adalah Dhamma yg tinggi.
Dana yang bukan materi adalah Memaafkan, dan itu tandanya sehat secara Dhamma.
* Rela materi adalah tujuan awal, rela bukan materi adalah tujuan hidup selanjutnya.

50.
Dalam kehidupan ini terdapat 4 Jalan yang bisa kita pilih :
1. Jalan terlahir kembali sebagai manusia
Dimana segala kondisi yg terjadi dalam kehidupan ini ditentukan oleh lingkungan.
2. Jalan terlahir kembali di alam penderitaan.
Terjadi karena banyaknya pelanggaran sila.
3. Jalan terlahir kembali di alam bahagia (surga)
Dapat diraih dengan banyak berbuat kebajikan.
4. Jalan untuk tidak terlahir kembali adalah jalan yang diajarkan oleh Dhamma (mencapai Nibbana).
Jalan untuk terbebas dari terlahir kembali adalah selalu sadar atas apa yang sedang dilakukan.
Apabila selalu sadar akan masa kini maka segala kebencian sirna.

51.
Seseorang dalam kelahiran kembali setelah kematian bisa terlahir di alam :
Upapatti-Deva
Dewa yang terjadi karena kelahiran ulang.
Sammati-Deva
Karena kesepakatan seperti yang dicapai dialam dunia.
Karena kekuasaan/ harta seseorang menjadi didewakan. Mis; Raja/ Presiden, Pejabat.
Visuddhi-Deva
Dapat diperoleh dengan berbuat banyak kebajikan.
Punya malu berbuat jahat, dan takut akan akibatnya.
Apabila perbuatan yang tidak baik tidak dilakukan maka akan tercapai dewa di alam kini maupun dikehidupan berikutnya. Arahatta akan tercapai pula.

52.
* Kesucian dapat dicapai dengan cara mengikis Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan.
* Mengikis Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan hanya didapat apabila seseorang (setiap saat) ber Kesadaran Tinggi (Nrima ing padhum) dan selalu waspada (Eling lan Waspodo).

53.
-Tidak berhentinya penderitaan orang yang selalu rajin berdoa karena ia memang belum cukup mempunyai timbunan karma baik. Sehingga berdoa sebanyak apapun juga, ia belum mendapatkan kebahagiaan.
-Sebaliknya kebahagiaan yang diperoleh orang yang berdoa karena timbunan karma baiknya sudah cukup. Jadi kebahagiaan yang didapat bukan karena pertolongan makhluk lain.
-Kebahagiaan tidak ada ikatan dan kaitan dengan makhluk lain. Dengan demikian, kita hendaknya menghindari berbagai bentuk kerjasama dengan makhluk dari alam lain yang berpotensi menimbulkan penderitaan dimasa yad.
Seseorang yang merasa cocok dengan suatu agama yang dipilihnya, hendaknya selalu mengembangkan kebajikan melalui ucapan, perbuatan dan pikiran untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.

54.
-Kemauan seseorang untuk mengubah ucapan, perbuatan dan pikiran agar sesuai ajaran Buddha merupakan perjuangan dan semangat untuk melaksanakan Buddha Dhamma. Bukan tergantung pada bentuk, jenis dan jumlah rupangnya (di altar).
-Dengan selalu menjadikan Sang Buddha sebagai contoh nyata pelaku kebajikan untuk ditiru dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya orang itu telah melaksanakan Patipati Puja yaitu melakukan penghormatan dengan melaksanakan Buddha Dhamma.
-Seseorang yang melaksanakan Dhamma dengan sungguh-sungguh selalu mengendalikan dirinya dari segala nafsu yang timbul, yaitu mengurangi ketamakan, kebencian dan kegelapan batinnya.

55.
-Pelimpahan jasa memang bagus diperuntukkan kepada leluhur yang kita kenal. Lebih bagus lagi apabila diperuntukkan juga kepada leluhur lain yang tidak dikenal.
-Pelimpahan jasa tidak mengenal batasan waktu; dapat dilakukan di manapun dan kapanpun.
-Pelimpahan jasa sesungguhnya berguna bagi keluarga mendiang yang melakukan pelimpahan jasa.
-Makna pelimpahan jasa adalah memahami bahwa hidup ini penuh dengan ketidakkekalan.
-Memberi penghormatan kepada para leluhur merupakan tolok ukur bahwa kita sudah melakukan kewajiban “Menghormat kepada yang patut dihormat”.
-Kalau kita sudah terbiasa berbuat baik yang merupakan kesinambungan kebajikan, maka kehidupan kita sungguh-sungguh menjadi contoh bagi yang belum melakukan jasa kebajikan.

56.
-Seorang umat Buddha yang telah mempelajari Dhamma hendaknya tidak menjadi musuh di lingkungannya.
-Selama seseorang masih memerlukan pihak lain untuk mengendalikan dirinya sendiri, selama itu pula ia akan berpotensi melanggar peraturan bila si pengendali tidak berada di dekatnya.
-Seseorang tidak akan pernah mampu hidup sendirian, pasti membutuhkan pihak lain. Bila telah menyadari hal tersebut, seyogyanya ia mengurangi rasa keAkuan, mengikis kesombongan dan saling hormat menghormati.

57.
– Kita terlahir sebagai manusia saat ini atas jasa leluhur yang telah mengajarkan kebajikan pada kita dĩ kehidupan lampau.
– Kemerdekaan harus kita rayakan dengan berbuat bajik, seperti Patidana yang kita lakukan setiap tahun bertepatan dengan hari Kemerdekaan, yang juga memperingati para pahlawan yang telah gugur demi Kemerdekaan.
– Tali benang yang dimulai dari Buddharupang, diedarkan ke seluruh keluarga mendiang, berakhir dĩ altar para leluhur menyiratkan bahwa hanya kebajikan (bersama) yang bisa mendorong kita melakukan pelimpahan jasa.
– Kebencian sama dengan memaki diri sendiri ber-ulang2 dan betapa kejam perlakuan kita terhadap diri sendiri.
– Ketika menceritakan keburukan yang telah dilakukan orang lain terhadap kita sama berarti memercikkan garam pada luka hati kita sendiri.
– Kondisi alam yang mengingatkan akan kematian, penyakit (dan tua) merupakan Devaduta (Utusan Dewa).
– Kehidupan seperti menggulung benang. Gulungan akan mencapai ujungnya yaitu kematian; cepat, lambat atau putusnya tali benang tergantung kita sendiri bagaimana dalam menjalani kehidupan ini.
– 2 macam manusia dalam menjalani kehidupan ini ;
a. Hanya mencari kepuasan/ melanggar sila
b. Memanfaatkan kehidupan dgn sebaik-baiknya
– Warisan pemahaman, warisan perilaku adalah dasar kebajikan yang perlu diingat oleh keluarga/ keturunan kita untuk syarat pelimpahan jasa.
– Perbuatan, pikiran dan ucapan yang baik yang akan kita wariskan kepada keluarga yang ditinggalkan adalah syarat perlimpahan jasa bisa dilakukan.

58.
– Sikap tegas adalah keberanian menunjukkan pendirian yang dimiliki. Kuatnya seseorang mempertahankan suatu pendirian akan menimbulkan usaha keras untuk mencari cara agar orang lain dapat menerima pendiriannya itu.
– Apabila kita menemukan kekurangan orang lain, segera hindarilah sikap buruk semacam itu karena kita memiliki kemungkinan melakukannya yang sama.
– Umat dan Bhikkhu bagaikan mitra kerja. Sebagai umat silahkan memperingatkan Bhikkhu yang kadang-kadang bisa salah jalan, karena Bhikkhu bukan orang suci, dan sedang belajar untuk mencapai Kesucian. Kalau Bhikkhu melakukan kesalahan dan umat mendiamkannya, sebetulnya umat menjerumuskan. Setelah terjerumus, sebagai umat akan malu sendiri.

59.
– Kebajikan dengan kerelaan adalah yang patut kita miliki yang kelak kita wariskan pada keluarga karena harta kekayaan, kedudukan tidak bisa kita wariskan pada keluarga.
– Kerelaan, kemoralan dan kosentrasi yang dapat mewujudkan impian dan harapan kita dikehidupan sekarang dan selanjutnya.
– Kerelaan, kemoralan dan kosentrasi adalah harta yang bisa menjamin kebahagiaan dikehidupan yang akan datang.
– Kerelaan, kemoralaan dan kosentrasi tidak hanya mengkondisikan paras bagus, kedudukan tinggi dll bahkan bisa mencapai kesucian.
– Dengan mendengarkan keluhan orang yang sedang mengalami kesulitan adalah kebajikan berupa kerelaan.
– Dengan tidak berpikir pada diri sendiri, lebih memikirkan orang adalah salah satu kebajikan.
– Kerelaan / kebajikan di bulan Kathina di tahun ini merupakan kebajikan awal yang tetap dilakukan berikutnya2 dan berikutnya.
– Apabila kita bisa melakukan kerelaan merupakan langkah awal yang sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.

60.
– Kondisi pertapa setelah keluar dari masa vassa cenderung memiliki batin yang bersih sehingga apabila kita bisa bertekad memberikan Sanghadana dapat menjadi kebajikan dan berkah utama.
– Apabila kita telah menjalankan Pancasila Buddhis (Kemoralan), mengkondisikan pikiran tetap bersih hingga saat mempersembahkan Sanghadana, hal tersebut mengkondisikan penerima dan pemberi bersih, ini merupakan kebajikan yang maksimal.
– Kebaikan yang diberikan oleh orang yang bermoral kepada orang yang kurang bermoralan maka kebajikan yang dilakukan menjadi kurang maksimal.
– Begitu juga apabila kebaikan dilakukan oleh yang tidak menjaga kemoralan kepada orang yang kemoralannya kecil maka kebajikan yang dilakukan menjadi minimal.
– Pertahankan kemoralan Pancasila Buddhis hingga besok, lusa, dst maka kita mengkondisikan kebajikan yang langgeng dan maksimal.
– Inilah semua manfaat yang kita peroleh bila bertemu dengan para pertapa.

61.
– Moment ultah tidak selalu dirayakan bersama, tetapi acara Pattidana dapat dilakukan bersama, walaupun tanggal kematian berbeda, karena semua keluarga mendiang selalu ingat akan kebajikan mendiang yang telah meninggalkan warisan harta berupa kekayaan, anak, maupun pasangan hidup.
– Apapun kekayaan harta, jabatan, dan gelar semasa hidup, tetap semua tidak bisa dibawa waktu meninggal, hanya satu gelar yang bisa disandang yaitu : mendiang.
– Seyogyanya semua harta, kekayaan, gelar, jabatan digunakan untuk berbuat kebaikan, itu baru bermakna dan bermanfaat hidupnya.
– Kalau kita mau dikenang, mulai sekarang kembangkanlah kebajikan melalui badan, ucapan dan pikiran, dan pasti Anda nanti akan dikenang sebagai sosok yang bijaksana.

62.
– Sikap tegas adalah keberanian menunjukkan pendirian yang dimiliki. Kuatnya seseorang mempertahankan suatu pendirian akan menimbulkan usaha keras untuk mencari cara agar orang lain dapat menerima pendiriannya itu.
– Apabila kita menemukan kekurangan orang lain, segera hindarilah sikap buruk semacam itu karena kita memiliki kemungkinan melakukannya (keburukan) yang sama.
– Umat dan Bhikkhu bagaikan mitra kerja. Sebagai umat silahkan memperingatkan Bhikkhu yang kadang-kadang bisa salah jalan, karena Bhikkhu bukan orang suci, dan sedang belajar untuk mencapai Kesucian. Kalau Bhikkhu melakukan kesalahan dan umat mendiamkannya, sebetulnya umat menjerumuskan. Setelah terjerumus, sebagai umat akan malu sendiri.

63.
– Luka yang telah anda goreskan pada seseorang tidak akan bisa menghilang hanya dengan kata “maaf”.
Luka goresan itu selalu membekas.
– Kurangnya sikap bijaksana dapat mencelakai diri sendiri. oleh karena itu selalu bersikap bijaksanalah setiap saat.
– Kita semua datang bukan dengan kesempurnaan, ada kelebihan dan ada kekurangan.
Terkadang kekurangan itulah kelebihan kita.

64.
Ketika mengalami hal-hal buruk bahkan dalam kondisi yang kita anggap terburuk sekalipun, senantiasa terapkanlah kata “UNTUNG”  maka kita akan mampu melihat kesialan sebagai suatu keberuntungan.
Dengan demikian, secara alamiah kita dapat menyikapinya dengan positif, penuh rasa syukur dan berterimakasih.
Contoh :
Ketika terjadi kecelakaan, katakan :
1. UNTUNG hanya mobil yang tertabrak, tidak ada yg terluka.
2. UNTUNG masih hidup dan tidak mati
3. UNTUNG hanya amputasi kaki, tidak cacat total

65.
Senantiasa mengisi pikiran dengan hal positif misalnya dengan sering menyebut dalam batin kalimat cinta kasih SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA di setiap kesempatan sehingga tiada peluang bagi hal negatif bersemayam dalam batin kita…

* Komunikasi akan terjalin baik serta dapat dimengerti oleh kedua belah pihak apabila menerapkan rumus :
Komunikasi sehat = 1 bicara + 1 mendengar
Komunikasi tidak sehat = 1 bicara + 1 bicara ( Anda dapat bayangkan apabila komunikasi type ini diterapkan saat berkomunikasi via Hp….maka habislah pulsa tanpa mengerti isi komunikasi yang baru dilakukan alias nggak nyambung…)



66.
DISIPLIN, SEMANGAT, ULET
(Semboyan pelaksana meditasi di Vihara Bodhigiri)

67.
Bagai teratai yang jatuh ke lumpur.
Ia tidak mengeluh atas kekotoran yang ada di sekitarnya.
Ia justru menggunakan kekotoran itu untuk tumbuh subur.
Teratai bahkan tidak ternoda oleh lumpur maupun air tempat ia bertumbuh.
Demikian pula orang yang terlahir di lingkungan kurang ideal.
Ia hendaknya tidak mengeluh namun menggunakan kondisi tersebut untuk mencapai kemajuan batin secara maksimal.

68.
Segala yang datang, HADAPI.
Segala yang telah pergi, JANGAN DICARI.
Segala yang belum datang, JANGAN DINANTI.

69.
Segala sesuatu yang menjadi milik tidak akan pernah terlepaskan.
Segala sesuatu yang bukan milik tidak akan pernah diperoleh.
Semua mahluk hanya menerima segala yang memang sudah menjadi miliknya.

70.
Masa lalu hanyalah kenangan. Jadikan pelajaran.
Masa depan masih impian Jadikan pedoman.
Masa sekarang adalah kenyataan. Gunakanlah secara maksimal.


71.
Katakan MEMANG.
Jangan tanyakan ‘Kenapa’
Atas segala sesuatu yang sedang dialami maupun dijalani

72. 
Ubahlah pernyataan menjadi PERTANYAAN
Untuk mampu berkomunikasi dengan bijaksana kepada siapapun

73.
Keberhasilan hanyalah konsenkuensi logis suatu usaha.
Berani usaha dan mencoba, maka terdapat 50% kemungkinan berhasil.
Tanpa usaha dan mencoba, jelas 100 % gagal.

74.
Ketika memiliki kemauan, maka tentu ada jalan.
Jika tidak ada jalan, BUATLAH jalan untuk mencapai harapan.

75.
Stress adalah perbedaan antara harapan dengan kenyataan.
Mampu mengubah harapan agar sesuai kenyataan menimbulkan kebahagiaan

76.
Harapan tidak selalu menjadi kenyataan.
Kenyataan tidak selalu sesuai harapan.
Seseorang hanya mampu mengubah harapan.
Ia tidak akan pernah mampu mengubah kenyataan.
Harapan yang disesuaikan kenyataan mampu memberikan kebahagiaan.

77.
Hidup berisi perubahan.
Berubahlah untuk mengisi kehidupan

78.
Bersahabatlah dengan waktu
Walau waktu hanyalah khayal
Kenyataan hanyalah saat ini
Bukan masa lalu maupun masa depan
Menjadikan waktu sebagai sahabat
Banyak masalah dilalui
Satu demi satu
Akhirnya bahagia timbul juga


79.
Segala kebajikan yang dilakukan akan membuahkan kebahagiaan.
Oleh karena itu, mereka yang ingin mendapatkan kebahagiaan hendaknya memperbanyak kebajikan dalam setiap saat hidupnya.

80.
Jangan terlalu berusaha mengubah orang lain, namun, cobalah mengubah diri sendiri agar dapat menerima kelebihan serta kekurangan orang lain.
Dengan demikian, kita dapat bersatu untuk mencapai kemajuan di segala bidang.

81.
Dalam masyarakat, kita hendaknya menyadari bahwa apapun bentuk kehidupan seseorang, baik di dalam rumah tangga, di kantor maupun dimana saja ia berada, hendaknya ia selalu mengembangkan perilaku yang terus terang, jujur dan mengurangi kebohongan. Keterusterangan akan membuat banyak permasalahan lebih mudah diselesaikan dengan hasil yang membahagiakan semua fihak.

82.
Bila kita ingin dicintai orang, mulailah dengan mencintainya.
Cinta disini bukanlah sekedar keinginan untuk menguasai melainkan hasrat untuk membahagiakan orang yang dicintai.

83.
Seperti bunga yang mekar demi mekarnya sendiri. Bukan karena motivasi dari luar. Aku bekerja demi pekerjaan itu sendiri”. Kita mengabdi pada tindakan itu sendiri. Apa saja yang kita lakukan menjadi pengabdian. Pengabdian pada apa yang kita lakukan itu sendiri, sehingga kita rela melakukan segala sesuatu dengan habis-habisan. Itulah yang disebut dengan pengabdian.

84.
Tetap tekun dan fokus pada tujuan walau tidak ada tantangan, inilah salah satu makna Samadhi dalam kehidupan sehari-hari. Mampu dengan cepat memusatkan pikiran. Mampu mempertahankan konsentrasi untuk waktu yang lama. Penuh perhatian. Ada gangguan ataupun tidak, terus belajar, terus berjuang, hajar terus. Ada ujian ataupun tidak, belajar terus. Ada orang ataupun tidak ada orang, tetap setia melakukan kebajikan dengan badan, ucapan dan juga pikiran. Itulah kualitas batin yang patut dikembangkan.

85.
Kita mampu melindungi diri sendiri. Kunci dalam Agama Buddha: mengerti Hukum Kamma. Bahwa apabila saya menderita, penderitaan ini bukan disebabkan oleh si A, dibuat oleh si A, Demikian pula apabila kita bahagia. Bukan karena si B, maupun fihak lainnya. Kita diajarkan Sang Buddha untuk mandiri. Kenapa saya menderita? Karena kamma buruk saya sedang berbuah. Kenapa saya bahagia? Karena kamma baik saya sedang berbuah. Dengan pengertian kamma seperti ini, maka kita selalu giat bersemangat untuk mengurangi kamma buruk dan selalu menambah kamma baik dalam setiap kesempatan. Sesungguhnya, Buddha Dhamma mengajarkan kita untuk tidak bergantung kepada fihak manapun juga.


86.
Apakah yang membuat seseorang bersemangat? Orang itu harus mempunyai keyakinan. Selama orang tidak mempunyai keyakinan, ia tidak akan pernah maju. Ia tidak akan pernah mau bertahan. Ia mudah putus asa. Salah satu contoh nyata dalam keyakinan adalah Pangeran Siddhattha yang selama enam tahun banyak berjuang dalam meditasi karena yakin segala yang Beliau jalani adalah benar. Apabila selama enam tahun dijalani dan ternyata tidak benar, tidak masalah. Masih ada kesempatan untuk berubah. Dan, ketika Beliau mengubah cara meditasi yang telah Beliau lakukan selama ini, Beliau kemudian mencapai kesucian. Beliau menjadi Buddha. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya selalu yakin dengan segala yang hendak dikerjakan. Itulah yang akan membangun semangat kita dalam mewujudkan harapan yang telah dimiliki. Apapun yang Anda lakukan, sebagai pelajar, pengusaha, perumah tangga maupun pekerja, jagalah rasa percaya diri pada kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab masing-masing orang. Ketika rasa percaya diri mulai berkurang, maka sejak saat itulah prestasi akan menurun. Karena itu, yakinlah bahwa segala yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal.

87.
Selalu memperhatikan segala sesuatu yang telah dikerjakan diri sendiri. Sebagai seorang pelajar, jika kita yakin bahwa belajar itu bisa menimbulkan sukses maka muncullah semangat untuk mencapai kesuksesan tersebut. Kita menjadi lebih tekun dan konsentrasi pada kegiatan belajar.

88.
Kebosanan yang dirasakan diatasi bukan dengan mengubah atau mengganti objek yang membosankan tersebut, tetapi dengan mengubah cara berpikir atau sikap mental kita terhadap hal yang membosankan itu.

89.
Seseorang yang tidak melekat, akan menyadari bahwa kehidupan sungguh sangat singkat. Oleh karena itu, ia akan mengembangkan kebajikan setiap waktu hidupnya untuk memperhatikan dan menolong mereka yang sedang menderita.

90.
Nibbana dapat dicapai ketika manusia masih hidup didunia dan mampu mengembangkan kesadaran secara total, sehingga ia terbebas dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin.

91.
Perbuatan baik bukan hanya dilakukan 1x dalam jumlah yang besar, tetapi harus berulang-ulang sepanjang waktu.

92
Perubahan sikap membutuhkan perjuangan keras dan siap untuk selalu bangkit dikala menghadapi kegagalan.






sumber : http://samaggi-phala.or.id/category/naskah-dhamma/ceramah-bhikkhu-uttamo/

http://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/petikan-kata-kata-bhikkhu-uttamo-kiriman-vihara-bodhigiri-panti-semedi-balerejo/

http://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/petikan-kata-kata-bhikkhu-uttamo-kiriman-dharma/

http://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/petikan-kata-kata-bhikkhu-uttamo-kiriman-sherry/

http://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/petikan-kata-kata-bhikkhu-uttamo-kiriman-dharmawaty-chang/

http://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/petikan-kata-bhikkhu-uttamo-kiriman-merry/

http://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/petikan-kata-kata-bhikkhu-uttamo-kiriman-michael-suswanto/

Comments
0 Comments
>

Arini