Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

Santet dalam Buddhisme dan Cara mengatasinya



Selamat siang all,

hari ini ada pertanyaan teman yang di kirimkan ke salah satu  grup yang saya ikuti:


Saya Mau bertanya.
Di Postingan sebelumnya, ada yang bilang Kalo sakit berati ke dokter.
Nah kalau misalnya ada orang sakit karena di santet, terus dokter di rumah sakit gak bisa sembuhin dan akhirnya sekarat. Apa solusinya ??
Mengingat ada orang yang menggunakan santet demi kepentingannya seperti persaingan bisnis, tidak suka dengan orang lain, dan lain-lain.
Terus yang terakhir, solusi agar tidak terkena santet alias segala jenis santet tidak mempan itu bagaimana ?
Kalau liat dari pengalaman dari pengamatan gw (Serius, gw liat orang lain kayak gitu), orang Chinese pergi ke orang pintar, sembahyang, terus beberapa hari Atau minggu kemudian kondisinya membaik, Dan santetnya hilang, Kalo mencegah katanya sih make Batu apa itu yang cocok Sama energi tubuh Kita.
Nah Kalo menurut Buddhisme sendiri, cara mencegah Dan mengatasi santet gimana ?


JAWABAN SAYA : MENURUT SAYA: 

( saya bukan ahli agama Buddha, saya juga salah seorang pembelajar seperti anda semua, dan tidak ada seorangpun yang bisa clam dirinya adalah seorang ahli dalam suatu Agama Buddha, karena agama selalu berkembang menurut waktu dan jaman,dimana ajaran tetap berpatokan kepada ajaran Buddha yang di rangkum dalamTripitaka, tetapi  pemahamannya perlu kita kaji kembali, jangan sampai salah mengartikan satu baris atau dua baris sutta)

pertama-tama adalah bahwa penganut aliran Theravada bukanlah yang tidak menerima bahwa ada "kekuatan" tertentu pada doa yang kita ucapkan, jika iya maka pastilah umat aliran Theravada tidak dianjurkan utk baca doa(Paritta), tetapi lebih ditekankan bahwa semua makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan mereka sendiri, lahir, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri. Jadi apapun yang terjadi pada mereka pasti ada hubungannya dengan apa yang telah mereka perbuat.


pertama saya akan tanyakan apa keyakinan teman tersebut, bagaimana dia bisa mengetahui dengan pasti bahwa dia diguna-guna orang.

Berikutnya akan tanyakan apakah akhir-akhir ini, sebelum dia merasa diguna-guna orang dia pernah berbuat sesuatu yang secara sadar atau tidak sadar menyakiti orang tertentu? 

Jika iya, maka bisa disarankan untuk minta maaf pada orang tersebut, jika tidak atau tidak memungkinkan dia untuk minta maaf, bisa saja dia melakukan meditasi Metta dan memancar cinta kasih kepada orang tersebut juga makhluk-makhluk lain(karena saya pernah dengar bahwa, guna-guna/santet dan sejenisnya bisa dilakukan dengan bantuan makhluk tertentu). 

Dan juga, tidak ada larangan dalam diri saya(mungkin juga teman-teman yang lebih cocok dengan aliran Theravada lainnya) untuk meminta bantuan pihak lain dalam hal ini adalah mungkin seorang Suhu/Bhante atau juga seorang hypnoterapis/psikolog, karena dalam banyak kasus, "merasa" diguna-guna hanyalah masalah paranoid yang berlebihan atau masalah psikis yang tidak disadari.

Tentu saja, senantiasa kita melakukan meditasi agar selalu sadar dan mengamalkan sila(minimal Pancasila) dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kedepannya tidak melakukan sesuatu hal yang mungkin bisa mengakibatkan kita "dikerjai" orang dengan ilmu hitam.

Sering kita berpikir bahwa orang lain akan berbuat jahat pada kita; sebenarnya kejahatan itu ada pada diri sendiri

Santet sebenarnya mematangkan karma buruk orang yang akan dicelakai
( jika anda menerima santet, terimalah dengan ikhlas dengan berpikiran bahwa saya telah membayar salah satu karma buruk saya yang telah berarti bahwa kita telah mengurangi karma buruk kita sendiri.

* Tradisi dapat dilaksanakan asal tidak merubah arti Dhamma. 
(agama Buddha tidak pernah melarang tradisi apapun yang anda jalani, selagi tidak merubah dari arti Dhamma itu sendiri)

* Kecenderungan pikiran Negatif seseorang hanya bisa diubah dengan melatih diri dalam pelaksanaan kemoralan dan konsentrasi.

-Tidak berhentinya penderitaan orang yang selalu rajin berdoa karena ia memang belum cukup mempunyai timbunan karma baik. Sehingga berdoa sebanyak apapun juga, ia belum mendapatkan kebahagiaan.

-Sebaliknya kebahagiaan yang diperoleh orang yang berdoa karena timbunan karma baiknya sudah cukup. Jadi kebahagiaan yang didapat bukan karena pertolongan makhluk lain.

-Kebahagiaan tidak ada ikatan dan kaitan dengan makhluk lain. Dengan demikian, kita hendaknya menghindari berbagai bentuk kerjasama dengan makhluk dari alam lain yang berpotensi menimbulkan penderitaan dimasa yang akan datang.

Seseorang yang merasa cocok dengan suatu agama yang dipilihnya, hendaknya selalu mengembangkan kebajikan melalui ucapan, perbuatan dan pikiran untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan

sumber :
http://www.ar-ini.com/2016/05/petikan-kata-kata-bhikkhu-uttamo-part-1.html



Comments
0 Comments
>

Arini