Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

ANICCA - Keindahan Sebuah Perubahan



ANICCA
Keindahan Sebuah Perubahan

“Adalah tidak kekal segala sesuatu yang terbentuk, segalanya muncul dan lenyap kembali. Mereka Muncul dan kembali terurai. Kebahagiaan tercapai bila segalanya telah harmonis.”
(Digha-Nikaya, Mahaparinibbana Sutta)


Segala sesuatu yang berkondisi di dunia ini pasti mengalami perubahan. Apa pun yang ada di dunia ini pasti selalu berubah (tidak kekal). Artinya adalah bahwa segala sesuatu tak pernah berada dalam  Keadaan yang sama di saat yang berbeda, melainkan senantiasa muncul dan lenyap dari waktu ke waktu. Kita dapat melihatnya dalam berbagai hal yang terjadi selama ini. Kegagalan dapat berubah menjadi kesuksesan, cinta bisa meluntur atau malah menjadi benci, peradaban suatu bangsa bisa saja menurun sedang yang lain meningkat, anak-anak tumbuh menjadi dewasa, lalu menjadi tua dan mati. Seperti halnya manusia, umur sebuah alat juga akan berkurang, benda yang kita miliki suatu saat akan rusak, besi akan berkarat, efisiensi mesin akan berkurang seiring berjalannya waktu. Semuanya senantiasa dalam proses perubahan ke sesuatu yang lain, entah itu berubah menjadi semakin baik atau buruk.

Memahami perubahan merupakan sebuah kesatuan dalam pandangan benar (samma ditthi). Dalam hal ini terdapat tiga corak kehidupan dalam ajaran Buddha, atau disebut Trilaksana (Sansekerta) atau Tilakkhana (Pali), yang terdiri dari :
• Perubahan/ketidakkekalan = anitya (Sansekerta)/anicca (pali)
• Penderitaan/ketidakpuasan = duhkha (Sansekerta)/dukkha (Pali)
• Tanpa diri/tanpa aku = anatman (Sansekerta)/anatta (Pali)

Tiga corak kehidupan tersebut semuanya adalah satu kesatuan dalam melihat realita dunia ini. Segala sesuatu adalah tidak kekal, berarti tidak mungkin ada sesuatu/diri (aku) yang selalu tetap, dan selanjutnya akan menimbulkan penderitaan/ ketidakpuasan. Jadi tiga corak kehidupan tersebut saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu kesatuan tersebut dapat dimengerti jika kita memahami hakikat dari perubahan.

Hukum Perubahan

Hukum perubahan (anicca) merupakan sifat dasar dari segala fenomena, baik yang bersifat material ataupun mental, berlaku terhadap partikel-partikel sub atom yang kecil hingga sistem tata surya  dan galaksi yang maha besar. Bahwa segala sesuatu berubah adalah kesunyataan bagi setiap eksistensi, maka kita harus melihat keberadaan alam semesta ini sebagai suatu fenomena atau gejala yang kompleks.

Pengertian ini hendaknya juga menjadi dasar pengertian kita mengenai corak kehidupan yang lain, yaitu dukkha dan anatta. Oleh karena setiap eksistensi berada dalam perubahan yang konstan dari waktu ke waktu, sehingga tidak akan ada ‘diri’ yang akan merekat padanya.

Sebenarnya sifat individual pada setiap eksistensi bukanlah suatu bentuk yang khusus melainkan merupakan perubahan itu sendiri. Tidak adanya sifat individual yang khusus pada setiap perwujudan inilah yang merupakan kesunyataan tentang kebahagiaan tertinggi (nirwana).

Bila kita menyadari kesunyataan yang abadi tentang perubahan dan kita mendapatkan kedamaian di dalamnya maka pada saat itu juga sebenarnya kita telah berada dalam keadaan nirwana. Tanpa menerima kenyataan bahwa segala sesuatu itu berubah, kita tidak dapat memahami kedamaian yang sempurna. Oleh karena kita sulit memahami kesunyataan dari perubahan inilah maka kita akan menderita. Jadi salah satu penyebab dari penderitaan adalah penolakan kita terhadap kesunyataan ini. Kebahagiaan hidup tercapai apabila di dalam hidup ini kita bisa menerima hukum kesunyataan sebagaimana adanya dan hidup harmonis sesuai dengan hukum itu.

Menyesali usia tua, takut akan kematian, dan menyesali perubahan-perubahan benda-benda fisik maupun mental di sekeliling kita adalah suatu kebodohan batin (moha). Keterikatan terhadap keadaankeadaan tertentu juga merupakan kebodohan batin yang menjadi dasar dari dukkha. Sebenarnya pembahasan terhadap hukum perubahan bukan untuk menimbulkan sifat pesimis bahwa segala sesuatu itu berubah dan oleh karenanya adalah penderitaan/ketidakpuasan (dukkha).

Kesunyataan akan perubahan ini sebenarnya dibahas agar kita memahami segala sesuatu sebagaimana adanya dan oleh karena itu tidak terikat kepada bentuk-bentuk atau keadaan-keadaan tertentu, agar kita dapat menghadapi segala sesuatu dengan hati yang tenang. Dengan pemahaman

kita akan kesunyataan ini, diharapkan kita dapat memusatkan perhatian dan energi kita pada setiap aktifitas kita di sini dan di saat ini juga. Di tengah-tengah badai dapat ditemukan kedamaian, di tengah-tengah arus perubahan yang terus-menerus, kita juga dapat menemukan kedamaian.

Sifat Perubahan
Anicca lakkhana atau corak kehidupan yang berubah-ubah merupakan corak yang khas dari keadaan Viparinama dan Annathabhava.

Viparinama berarti metafisika yaitu suatu perubahan yang radikal di alam semesta yang merupakan perubahan, dari bentuk yang ada ke keadaan yang tiada.

Annathabhava berarti perubahan yang mengikuti suatu keadaan sedikit demi sedikit.

Kalau keadaan Viparinama dan Annathabhava telah terlihat dengan nyata, maka akan teranglah bahwa bentuk-bentuk batin yang berada di dalam keadaan tersebut sebenarnya juga dalam keadaan berubah-ubah tidak kekal. Oleh karena itu, corak perubahan (anicca Lakkhana) terdiri dari dua macam proses, yaitu Viparinama (perubahan yang radikal) dan Annathabhava (perubahan sedikit demi sedikit).

Keadaan atom-atom dari suatu materi pasti selalu bergerak, tetapi tidak dapat dilihat oleh mata manusia, hal itu hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop yang telah ditemukan oleh ilmuwan untuk menyingkap rahasia alam. Karena penemuan tersebut, maka kini mulailah dipercaya oleh orang-orang barat bahwa bentuk materi itu adalah bagian makhluk-makhluk hidup, tetapi sebenarnya bukan makhluk hidup, wajah yang bergerak itu adalah karena perpecahan atau reproduksi atau bentuk bentuk materi yang diakibatkan oleh fungsi-fungsi dari perubahan fisik atau temperatur secara utuh. Reproduksi atau perpecahan-perpecahan itu disebut Acaya Rupa.

Kalau kita melihat pada air yang mengalir di sungai atau air yang sedang mendidih di ketel, kita akan menemui wajah yang sedang bergerak. Ini adalah reproduksi atau perpecahan dari bentuk-bentuk materi yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan fisik di dalam air yang kelihatan diam atau tenang, kalau dilihat dengan memakai mikroskop, maka wajah atau permukaan yang selalu bergerak itu akan kelihatan juga. Di sini reproduksi atau perubahan-perubahan berarti penyempurnaan yang terus menerus dari bentuk-bentuk yang baru.

Dalam bentuk-bentuk batin, yaitu pikiran dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu, corak perubahan ini dengan kedua prosesnya yaitu Viparinama dan Annathabhava juga dengan terang dapat dilihat.


Mengenai pengenalan pikiran, hal ini adalah mempunyai cara yang sangat berbeda dan masing-masing terbukti dalam sifatnya Viparinama dan Annathabhava melalui perubahan-perubahan dari bermacam-macam pikiran yang berbeda-beda. Di antara proses batin seperti pada perasaan, maka jelas dapat dilihat perubahan-perubahan rasa senang, sakit, bahagia, sedih, acuh tak acuh, dan lain-lainnya. Demikian pula perubahan-perubahan dari pencerapan, perenungan dan permulaan, perenungan yang mendalam mengenai kebaikan atau kejahatan, atau yang lainnya adalah sangat nyata. Hal ini dapat dengan mudah sekali disadari setiap orang diwaktu ia bermeditasi, akan terang dapat disadari tentang perasaan serakah, kebencian, segan, marah, iri hati, senang, dan lain-lain yang akan timbul silih berganti.

Indah Pada Waktunya
Tidak ada satupun di dunia ini yang tidak berubah, semua pasti akan mengalami perubahan, kecuali perubahan itu sendiri. Seandainya segala sesuatu di dunia ini tidak pernah berubah, maka itu bukanlah kehidupan. Semua mati dan dunia menjadi tidak indah. Gerak tak lain adalah perubahan. Sesuatu yang bergerak berarti berubah. Tanpa gerakan dunia akan menjadi mati. Di dalam biologi, evolusi adalah suatu perubahan. Perubahan diri dilakukan suatu spesies untuk menjadi lebih baik atau bertahan dari arus perubahan. Seperti itu pula manusia ketika menghadapi sebuah masalah. Ia harus berubah. Diri sendiri pasti dan akan selalu berubah. Ketika bisa beradaptasi dengan perubahan, maka ia pasti bahagia. Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan, ia harus bisa memahami perubahan. Untuk memahami perubahan, ia harus dapat mengontrol pikirannya agar selalu sadar. Pikiran harus terus bergerak agar dapat mengikuti perubahan. Gerak pikiran harus diarahkan ke arah positif. Jangan pernah berpikir negatif sekalipun!

Dengan menyadari sifat dari perubahan, maka kita tidak akan terhanyut dalam kebahagiaan atau perasaan melayang-melayang dalam kesenangan dan kenikmatan yang merangsang, serta tidak tertekan oleh berbagai permasalahan kehidupan. Waktu pasti akan terus berlalu, waktu pasti menyelesaikan permasalahan yang sebesar apapun, besok kita juga harus hidup, makan, minum, berbicara dan bercanda ria, dan lain-lain.

Kita menyadari keduanya (kesenangan dan penderitaan) tidak akan kekal sepanjang masa, sehingga kita akan selalu berusaha memelihara keseimbangan batin supaya tidak terlalu jauh ke positif (kesenangan) dan tidak terlalu jauh ke negatif (penderitaan). Atau dengan kata lain kita
berusaha supaya tidak terlalu jauh dari titik keseimbangan yaitu nol (0). Inilah keadaan yang stabil, keadaan yang paling tenang, kebahagiaan yang paling nyaman, paling halus, dan tidak pernah tergoyahkan.

Dengan menyadari adanya perubahan, maka kita selalu siap sedia untuk kehilangan sesuatu yang saat ini kita miliki. Kita tidak menggenggamnya dengan sekuat tenaga, jika sesuatu yang kita miliki mau lenyap, mau hilang, mau pergi atau mau hancur, maka kita tidak bisa bilang tidak. Dengan mempersiapkan mental ini, ketika mengalami kehilangan, kehancuran atau kepergian sesuatu yang dimiliki, kita tidak akan terhanyut dalam penderitaan yang berlebihan karena kita sadar bahwa memang sudah saatnya, sambil berpikir, ”Kurelakan! Demi menembus karma burukku”. (ronaldsatyasurya)

Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya,
apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini,
maka ia akan merasa lelah dengan lingkaran penderitaan.
Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
Dhammapada Bab XX, 277

Referensi :
Ajaran dasar Tilakkhana, 2002. Diakses tanggal 30 November 2007, dari
http://www.kalyanadhammo.net
Artikel Bhikkhu Nyanaprajna, dengan judul “Tilakkhana atau Tri
Laksana”
Artikel Willy Yandi Wijaya, dengan judul “Arus Perubahan”

https://dhammacitta.org/pustaka/ezine/eka-citta/eka-citta%2029.pdf


Comments
0 Comments
>

Arini