Pertanyaan :
Vera Jayanti Djasman: Bagaimana cara menghadapi orang terdekat yang sudah salah, namun keras kepala dan tidak mau diatur? Bagaimana berdamai dengan diri sendiri, karena melihatnya saja sudah kesal.
Jawaban :
Ajahn Brahm: Itu mudah sekali. Anda harus menggunakan psikologi. Kami, para bhikkhulah, yang menemukan psikologi. Jadi jika Anda ingin mengubahnya, sangatlah mudah. Anda harus menemukan titik lemahnya.
Salah satu siswa saya di Perth, putranya terlalu banyak menghabiskan waktu dengan pacarnya. Ia keluar makan malam atau pesta sampai larut malam, saat ia mestinya belajar untuk kuliahnya. Nilainya makin lama makin turun. Ayah dan ibunya berusaha menasihatinya, namun ia sangat keras kepala. Tetapi, ia punya titik lemah: pacarnya.
Cowok tidak akan mau mendengarkan ayah dan ibunya. Mereka mendengarkan pacarnya. Maka suatu malam, ayahnya menunggu ia pulang hingga larut malam. Lalu mengundang putranya dan pacarnya masuk ke rumah. Ayahnya tak bicara kepada putranya, hanya kepada pacarnya. Ia berkata, "Kamu sudah jalan bersama putra saya selama berminggu-minggu, berbulan-bulan. Saya tidak tahu seberapa serius kamu, namun saya pikir penting untuk memberitahu ini. Nilai anak saya di kampus makin lama makin turun.
Saya yakin kamu tidak mau menikahi orang yang tidak punya gelar sarjana dari universitas." Lalu sang pacar berseru di depan putranya, "Saya tak pernah tahu itu! Saya tidak ingin menikahi orang yang bodoh! Saya ingin dia lulus." Itu saja yang dilakukan ayahnya, ia berkata, "Selamat malam, saya mau tidur."
Sejak hari itu, pacarnya berkata kepadanya, "Bagaimana nilaimu? Bagaimana belajarmu?" Sejak saat itu, nilainya makin bagus, ia lulus, dan akhirnya menikah.
Setiap orang punya titik lemah. Jika itu laki-laki, kelemahannya adalah pacarnya. Jika itu cewek, jangan berusaha mengubahnya, kasih tahu pacarnya. Pacarnya yang punya kekuatan. Temukan titik lemahnya, maka Anda punya daya tawar. Begitulah cara kita mengatasi orang yang keras kepala.
Nomor dua, selalu gunakan psikologi untuk memberi saran. Ketika saya pertama kali di Australia, saya adalah bhikkhu nomor dua. Bhikkhu nomor satunya, bhikkhu senior, ia sangat keras kepala, tetapi saya bisa mengendalikannya. Saya akan bilang kepadanya, "Kenapa kita tidak bangun sesuatu di sebelah sana?" Ia berkata, "Mana bisa? Ide bodoh itu!" Janganlah berdebat!
Saya hanya berkata, "Oke."
Namun kapan pun Anda mengatakan sesuatu, itu masuk ke bawah sadar mereka. Satu atau dua minggu kemudian, saya bilang lagi kepadanya, "Kenapa kita tidak bangun sesuatu di sebelah sana?" Kita harus memperkuat yang sudah ditanam di bawahsadar. Ia berkata lagi, "Itu tidak bisa. Ide jelek." Saya tidak berdebat. Suatu hari ia berkata, "Saya baru dapat ide, mengapa kita tidak bangun sesuatu di sebelah sana?" Karena ia bhikkhu seniornya, saya bilang, "Ide Anda bagus sekali!" Begitulah cara ini bekerja. Metode in selalu berhasil. Jadi walau suami Anda sangat keras kepala, Anda harus menggunakan psikologi.
Jawaban :
Ajahn Brahm: Itu mudah sekali. Anda harus menggunakan psikologi. Kami, para bhikkhulah, yang menemukan psikologi. Jadi jika Anda ingin mengubahnya, sangatlah mudah. Anda harus menemukan titik lemahnya.
Salah satu siswa saya di Perth, putranya terlalu banyak menghabiskan waktu dengan pacarnya. Ia keluar makan malam atau pesta sampai larut malam, saat ia mestinya belajar untuk kuliahnya. Nilainya makin lama makin turun. Ayah dan ibunya berusaha menasihatinya, namun ia sangat keras kepala. Tetapi, ia punya titik lemah: pacarnya.
Cowok tidak akan mau mendengarkan ayah dan ibunya. Mereka mendengarkan pacarnya. Maka suatu malam, ayahnya menunggu ia pulang hingga larut malam. Lalu mengundang putranya dan pacarnya masuk ke rumah. Ayahnya tak bicara kepada putranya, hanya kepada pacarnya. Ia berkata, "Kamu sudah jalan bersama putra saya selama berminggu-minggu, berbulan-bulan. Saya tidak tahu seberapa serius kamu, namun saya pikir penting untuk memberitahu ini. Nilai anak saya di kampus makin lama makin turun.
Saya yakin kamu tidak mau menikahi orang yang tidak punya gelar sarjana dari universitas." Lalu sang pacar berseru di depan putranya, "Saya tak pernah tahu itu! Saya tidak ingin menikahi orang yang bodoh! Saya ingin dia lulus." Itu saja yang dilakukan ayahnya, ia berkata, "Selamat malam, saya mau tidur."
Sejak hari itu, pacarnya berkata kepadanya, "Bagaimana nilaimu? Bagaimana belajarmu?" Sejak saat itu, nilainya makin bagus, ia lulus, dan akhirnya menikah.
Setiap orang punya titik lemah. Jika itu laki-laki, kelemahannya adalah pacarnya. Jika itu cewek, jangan berusaha mengubahnya, kasih tahu pacarnya. Pacarnya yang punya kekuatan. Temukan titik lemahnya, maka Anda punya daya tawar. Begitulah cara kita mengatasi orang yang keras kepala.
Nomor dua, selalu gunakan psikologi untuk memberi saran. Ketika saya pertama kali di Australia, saya adalah bhikkhu nomor dua. Bhikkhu nomor satunya, bhikkhu senior, ia sangat keras kepala, tetapi saya bisa mengendalikannya. Saya akan bilang kepadanya, "Kenapa kita tidak bangun sesuatu di sebelah sana?" Ia berkata, "Mana bisa? Ide bodoh itu!" Janganlah berdebat!
Saya hanya berkata, "Oke."
Namun kapan pun Anda mengatakan sesuatu, itu masuk ke bawah sadar mereka. Satu atau dua minggu kemudian, saya bilang lagi kepadanya, "Kenapa kita tidak bangun sesuatu di sebelah sana?" Kita harus memperkuat yang sudah ditanam di bawahsadar. Ia berkata lagi, "Itu tidak bisa. Ide jelek." Saya tidak berdebat. Suatu hari ia berkata, "Saya baru dapat ide, mengapa kita tidak bangun sesuatu di sebelah sana?" Karena ia bhikkhu seniornya, saya bilang, "Ide Anda bagus sekali!" Begitulah cara ini bekerja. Metode in selalu berhasil. Jadi walau suami Anda sangat keras kepala, Anda harus menggunakan psikologi.
dijawab oleh Ajahn Brahm selama Tour d’Indonesia 2015. |
https://www.facebook.com/ehipassikofoundation/ |