Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

MENCIPTAKAN KEBAHAGIAAN - Menjadi Tong Sampah

Hasil gambar untuk buddhis dan pemandangan
Bagian dari pekerjaan saya adalah mendengarkan masalah-masalah umat. Para Biksu selalu punya nilai lebih secara ekonomis, karena mereka tak pernah menagih biaya apa pun. Sering kali, ketika saya mendengarkan keluh kesah, kepelikan yang diderita orang, tenggang rasa yang timbul membuat saya ikut-ikutan depresi juga. Untuk menolong seseorang keluar dari sangkarnya, saya kadang-kadang harus masuk ke dalam sangkar juga agar dapat menjangkau tangan mereka- tetapi saya selalu ingat untuk membawa tangga. Setelah suatu sesi konsultasi saya selalu merasa cerah kembali. Konsultasi yang saya berikan tak akan meninggalkan gema apa pun, karena latihan yang saya jalani.


Ajahn Chah, Guru saya di Thailand, mengatakan bahwa para biksu harus menjadi tong sampah. Para Biksu, khususnya biksu-biksu senior, harus duduk di wiharanya, mendengarkan keluh-kesah orang-orang yang datang dan menampung semua sampah mereka. Mulai dari masalah pernikahan, kesulitan mengasuh anak remaja, kericuhan dengan relasi, masalah-masalah keuangan- seperti banyak yang kami dengar. Saya tidak tahu kenapa begini. Tahu apa seorang biksu yang hidup selibat tentang masalah perkimpoian? Kami meninggalkan keduniawian untuk menyingkir dari sampah-sampah semacam itu, tetapi karena belas kasih, kami duduk mendengarkan, membagi kedamaian kami, dan menerima segala macam sampah.

Ada tambahan, yang merupakan bagian terpenting dari nasihat yang diberikan oleh Ajahn Chah. Beliau berkata kami harus menjadi tong sampah yang dasarnya bolong! Kami harus menerima semua sampah, tetapi tidak boleh menyimpannya.


Oleh karena itu, seorang teman atau penasihat yang ampuh, adalah seperti tong sampah yang tak punya dasar, dan karenanya tak akan pernah menjadi terlalu penuh untuk mendengarkan masalah-masalah lainnya.

Sumber :
dapatkan buku ini di toko toko buku terdekat

Comments
0 Comments
>

Arini