Seorang anggota
komunitas kami mempunyai gigi yang sangat buruk. Dia perlu mencabut beberapa
giginya, tetapi dia lebih suka melakukannya tanpa dibius. Akhirnya, dia
menemukan seorang ahli bedah gigi yang bersedia mencabut giginya tanpa
pembiusan. Dia telah ke sana beberapa kali, dan tak ada masalah.
Membiarkan gigi
dicabut tanpa pembiusan oleh dokter gigi mungkin lumayan mengesankan, tetapi
tokoh kita ini ternyata lebih mengesankan lagi. Dia berani mencabut sendiri
giginya tanpa pembiusan.
Kami melihatnya, di
luar bengkel vihara, dengan sebuah tang biasa, dia memegang gigi segar yang
baru dicabutnya dan masih berlumur darah. Tak masalah: dia membersihkan darah
dari tang itu sebelum mengembalikannya ke bengkel.
Saya bertanya
kepadanya bagaimana dia melakukan hal itu. Apa yang dia katakan memberikan satu
contoh lagi tentang rasa sakit sebagai faktor utama dari rasa takut.
Ketika saya
memutuskan untuk mencabut sendiri gigi saya kok repot repot ke dokter gigi
segala itu tidak menyakitkan. Ketika saya berjalan menuju bengkel, itu tidak
menyakitkan. Saat saya mengambil tang, itu tidak menyakitkan. Ketika saya
menjepit gigi dengan tang, itu masih tidak menyakitkan. Ketika saya
menggeliatkan tang dan mencabut giginya, itu baru menyakitkan, tetapi cuma
beberapa detik saja. Saat gigi sudah tercabut, tak ada lagi rasa sakitnya. Rasa
sakitnya hanya lima detik saja. Itu saja kok.
Anda, para pembaca,
mungkin akan meringis ketika membaca kisah nyata ini. Karena takut, barangkali
Anda akan merasa lebih kesakitan ketimbang dia! Jika Anda mencoba cara yang
sama, itu mungkin akan sangat menyakitkan, bahkan sebelum Anda mengambil tang
dari bengkel. Antisipasi rasa takut adalah faktor utama dari rasa sakit.