Membiarkan berlalu
"si pengatur", lebih menyadari saat ini dan terbuka terhadap
ketidakpastian masa depan, membebaskan kita dari penjara rasa takut. Hal ini
membuat kita dapat menjawab tantangan kehidupan dengan kebijaksanaan kita
sendiri yang unik, dan menyelamatkan diri kita dari situasi-situasi yang tak
menyenangkan.
Saya tengah berdiri
di salah satu dari enam antrean di sebuah loket imigrasi di bandara Perth,
barusan pulang dari perjalanan indah ke Sri Lanka via Singapura. Antrean
bergerak lambat; para petugas memeriksa setiap orang dengan cermat. Seorang
petugas imigrasi muncul dari pintu samping lobby sambil menuntun anjing pelacak
yang terlatih untuk melacak narkoba. Para pelancong yang baru tiba terlihat
tegang saat si petugas menuntun anjing pelacaknya untuk memeriksa setiap
antrean.
Meskipun mereka tak
membawa narkoba, Anda tetap dapat merasakan adanya pelepasan ketegangan setelah
si anjing mengendus mereka dan berlalu menuju orang berikutnya.
Ketika anjing kecil
yang lucu itu mendekati saya dan mengendus, dia berhenti. Dia membenamkan
moncongnya ke jubah saya dan mengibas-ibaskan ekornya dengan cepat. Si petugas
sampai harus menyentakkan tali pengikatnya untuk membawa si anjing pergi dari
saya. Penumpang yang ada di depan saya, yang sebelumnya cukup ramah, sekarang
maju selangkah menjauhi saya. Dan saya yakin pasangan yang ada di belakang saya,
pun mengambil jarak dengan saya.
Setelah lima menit,
saya, makin dekat ke loket, saat mereka membawa anjing pelacak untuk memeriksa
lagi. Si anjing memeriksa setiap barisan dari ujung ke ujung, memberikan
sedikit ciuman kepada setiap pelancong dan berpindah lagi. Saat si anjing tiba
pada saya, dia berhenti lagi.
Kepalanya masuk ke
jubah saya dan ekornya berkibasan. Sekali lagi, si petugas harus menarik paksa
si anjing untuk berlalu dari saya. Sekarang saya merasa semua mata menatapi
saya. Biarpun sebagian orang mungkin merasa sedikit khawatir pada saat seperti
itu, saya sendiri malah tenang-tenang saja. Jika pun saya harus masuk penjara,
yah, saya punya banyak teman di sana, dan makanan di penjara lebih baik
daripada di vihara!
Ketika saya, mencapai
pemeriksaan imigrasi, mereka memeriksa saya dengan cermat. Saya tidak membawa
narkoba, jangankan itu, bhikkhu bahkan tidak boleh minum minuman beralkohol.
Mereka tidak menggeledah saya; saya rasa itu karena saya tak menunjukkan rasa gentar.
Mereka cuma bertanya apa yang saya pikir mengenai anjing pelacak yang selalu
berhenti pada saya. Saya bilang bahwa para bhikkhu punya belas kasih yang besar
terhadap para binatang, dan mungkin itu sebabnya si anjing jadi
mengendus-endus; atau mungkin juga si anjing dulunya adalah seorang bhikkhu
pada salah satu kehidupan lampaunya. Setelah itu mereka membiarkan saya pergi.
Suatu kali saya
pernah hampir dipukul oleh seorang pria Austratia berbadan besar yang sedang
marah dan setengah mabuk. Ketidakgentaran telah menyelamatkan hari itu, serta
hidung saya. Kami baru saja pindah ke vihara kota kami yang baru, sedikit ke
utara dari Perth.
Kami mengadakan
upacara peresmian, dan alangkah terkejut dan gembiranya kami, Gubernur
Australia Barat, Sir Gordon Reid, dan istrinya, berkenaan hadir pada upacara
tersebut. Saya ditugaskan untuk mengurusi tenda-tenda kebun dan kursi-kursi
untuk para undangan dan tamu VIP.
Saya diminta oleh
bendahara kami untuk mencari penyewaan yang terbaik; kami ingin mengadakan
pertunjukan yang sangat bagus. Setelah mencari-cari, saya menemukan perusahaan
penyewaan yang sangat mahal. Perusahaan itu berlokasi di salah satu kawasan
elit di pinggir Perth dan biasa menyewakan tenda-tenda kebun untuk para jutawan.
Saya menjelaskan apa saja yang saya perlukan dan mengapa itu semua harus yang
terbaik. Si wanita yang bicara dengan saya bilang
bahwa dia paham, jadi
dengan itu pesanan telah disepakati.
Saat tenda-tenda dan
kursi-kursi tiba pada Jumat sore, saya sedang berkeliling untuk membantu
seseorang. Ketika saya datang untuk memeriksa barang-barang yang diantarkan,
truk dan sopir pengangkutnya telah pergi. Saya tidak percaya saat melihat
keadaaan tenda yang diantarkan. Tenda-tenda itu berdebu tebal. Saya merasa kecewa,
tetapi persoalan itu bisa diatasi. Kami mulai menyemprot tenda tenda itu dengan
air untuk membersihkan debunya. Lalu saya memeriksa kursi-kursi untuk para
undangan, dan kursi-kursi itu sama saja kotornya.
Lap-lap dikeluarkan
dan para, relawan kami yang berjasa mulai membersihkan kursi-kursi itu.
Akhirnya, saya memeriksa kursi-kursi untuk para tamu VIP. Kursi-kursi itu
memang istimewa: tak satu pun kaki kakinya yang sama panjangnya! Semua bergoyang-goyang,
kerasa betul. Ini tak dapat dipercaya. Ini sudah keterlaluan.
Saya, bergegas pergi
ke pesawat telopon, menelepon perusahaan penyewaan itu dan memergoki si wanita
yang nyaris saja pergi untuk berakhir pekan. Saya menjelaskan situasinya, menandaskan
bahwa kami tak ingin Gubernur Australia Barat bergoyang-goyang di atas kursi
goyangnya selama upacara berlangsung. Bagaimana kalau beliau sampai terjatuh?
Wanita itu mengerti, memohon maaf, dan menjamin bahwa kami akan mendapat
gantinya dalam waktu sejam.
Kali ini saya
menunggu kedatangan truk pengantarnya. Saya melihatnya berbelok ke jalan menuju
tempat kami. Setengah jalan dari jalur masuk, kira-kira enam puluh meter dari
vihara, tatkala truk itu masih melaju cukup cepat, seseorang melompat keluar
dari truk tersebut dan berlari ke arah saya dengan matanya yang liar dan
tangannya yang terkepal. "Mana orang yang berwenang?" teriaknya.
"Aku mau bertemu dengan orang yang berwenang di sini."
Belakangan saya
mengetahui bahwa pesanan kami yang pertama kali diantarkan tadi adalah tugas
terakhir mereka untuk pekan ini. Setelah tadi mengantar ke tempat kami,
orang-orang itu lantas berkemas dan mengaso di bar untuk berakhir pekan. Mereka
pasti sedang asyik berakhir pekan sambil minum-minum ketika managernya datang
dan menyuruh mereka kembali bekerja. Orang-orang Buddha itu ingin
kursi-kursinya diganti.
Saya mendatangi orang
itu dan berkata lembut, "Saya yang berwenang di sini, ada yang bisa saya
bantu?" Dia mendekatkan wajahnya ke
wajah saya, dengan tinju kanannya teracung hampir mengenai hidung saya. Matanya
menyala-nyala oleh amarah. Saya mencium bau bir dari mulutnya yang hanya
beberapa inci dari wajah saya. Saya tak merasa takut atau angkuh, saya hanya
tenang.
Yang katanya
teman-teman saya berhenti membersihkan kursi-kursi untuk menonton kami.Tak ada
satu pun dari mereka yang datang menolong saya. Terima kasih banyak,
kawan-kawan!
Tatap muka itu
berlangsung beberapa menit. Saya jadi kagum pada apa yang terjadi kemudian. Si
pekerja yang marah itu diam mematung saja terhadap sikap saya. Pengkondisian
dalam dirinya hanya dipakai untuk menghadapi rasa takut atau serangan balik.
Tapi otaknya tak tahu bagaimana menyikapi seseorang yang tetap tenang ketika
salah satu tinjunya berada dekat dengan cuping hidung mereka. Saya tahu dia tak
akan memukul saya, bergerak pun tidak. Ketidakgentaran telah membuatnya
bingung.
Beberapa saat
kemudian truk itu parkir dan bosnya mendatangi kami. Dia meletakkan tangannya
di bahu si pekerja yang sedang membeku itu, lalu berkata, "Ayo, turunkan
kursi-kursinya." Kebekuan pun pecah,
menunjukkan jalan keluar baginya. Saya berkata, "Ya, saya akan
bantu Anda." Dan kami pun bersama-sama
menurunkan
kursi-kursi itu.