TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN
Dari manakah semua kehidupan di muka bumi ini berasal sesungguhnya?
Pertanyaan inilah yang selalu mengusik pikiran kita selama ini.
Bagaimana di muka bumi ini makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang?
Dari manakah sesungguhnya asal usul mereka?
Ada banyak teori mengenai asal-usul kehidupan, berikut beberapa teori tersebut :
1. Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup. Pengemukanya adalah Aristoteles. Teori ini didapat dari pengamatan terhadap lingkungan di sekitarnya. Misalnya saja bahwa cacing berasal dari tanah.
2. Teori Biogenesis
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup yang ada sebelumnya. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian, misalnya saja percobaan Fransisco Redi menggunakan dua buah toples berisi daging, dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ulat yang ada pada daging di dalam
toples berasal dari lalat yang hinggap dan bertelur di atas daging.
Kemudian ada percobaan Lazzaro Spallanzani menggunakan dua buah labu yang berisi kaldu nutrient yang dipanaskan, percobaan ini disempurnakan oleh Louis Pasteur menggunakan labu leher angsa yang diisi kaldu nutrient yang dipanaskan, hasil percobaan membuktikan ada mikroorganisme dari udara yang masuk ke kaldu dan menyebabkan air kaldu menjadi keruh.
3. Teori Kosmozoa
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari tempat lain di alam semesta, misalnya dari meteor yang jatuh. Salah satu teori menyebutkan asal-usul kehidupan mungkin berawal dari material organik yang dibawa meteorit yang jatuh ke Bumi. Barubaru ini, para ilmuwan Badan Antariksa AS (NASA) di Pusat Antariksa Johnson (JSC) menemukan material organik dalam sebuah meteorit purba yang mendukung teori tersebut.
Radio isotopnya menunjukkan bahwa molekul organik yang terkandung di dalamnya terbentuk pada suhu minus 260 derajat Celcius atau dekat titik nol absolut. Mungkin umurnya lebih tua dari matahari.
Struktur material organik tersebut tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuknya mirip dengan bola kosong dengan permukaan kulit yang kaya akan karbon. Segumpal meteorit yang besarnya tidak lebih dari sebuah anggur mengandung lebih dari sejuta material tersebut. Secara teori, struktur material organik tersebut mirip dinding sel. Ia membentuk lingkungan yang bisa melindungi senyawa organik lainnya yang memungkinkan kehidupan sel pertama dapat berkembang.
4. Teori Kataklisma
Dikemukakan oleh Cuvier, menyatakan bahwa setiap spesies tercipta secara terpisah dalam periode tertentu, di antara periode satu dengan periode lainnya terjadi bencana, bencana inilah yang menyebabkan spesies yang ada di periode sebelumnya musnah.
5. Teori Kreasi
Menyatakan bahwa kehidupan disebabkan oleh zat supranatural pada waktu istimewa. Setiap spesies sudah ada sejak zaman dahulu. Teori ini juga disebut teori penciptaan. Penciptaan adalah kepercayaan kuno bahwa manusia, kehidupan, bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan yang maha tinggi yang umumnya disebut Tuhan. Campur tangan ini dapat dilihat entah sebagai suatu tindakan penciptaan dari ketiadaan (ex nihilo), atau dengan munculnya ketertiban dari keadaan kaos (chaos) yang ada sebelumnya. Di kalangan ilmuwan, ciptaanisme adalah termasuk pseudosains, yang tidak sesuai dengan metode ilmu pengetahuan.
6. Teori Evolusi
Evolusi adalah perubahan kimiawi dan fisik yang terjadi secara perlahan-lahan yang dimulai bahkan sebelum organisme tersebut muncul. Asal usul kehidupan melalui proses evolusi yaitu :
• Evolusi Kimia
Dikemukakan oleh Alexander Oparin dan J.B.S. Haldane. Mereka mengemukakan hipotesis heterotrof, yaitu bahwa kondisi bumi yang primitif sangat mendukung reaksi kimia untuk sintesis bahan organik kompleks dari bahan anorganik berupa metana (CH4), amonia (NH3), hidrogen (H2), dan air (H2O) yang ada di atmosfer dan di laut pada saat itu.
Bahan organik tersebut kemudian berubah menjadi makhluk hidup pertama yang heterotrof. Namun, hal ini tak dapat terjadi pada bumi yang sekarang yang kaya akan oksigen yang merupakan produk fotosintesis yang sangat tidak kondusif untuk sintesis spontan molekul kompleks. Menurut mereka, atmosfer purba hanya mengandung sedikit oksigen yang berasal dari uap gunung berapi, kondisi ini (kurang oksigen) merupakan reduktor (penangkap elektron) yang baik sehingga memudahkan penggabungan molekul-molekul sederhana membentuk molekul yang lebih kompleks.
Energi untuk sintesis molekul kompleks tersebut berasal dari kilat dan petir serta radiasi sinar ultraviolet. Pada tahun 953, Stanley Miller dan Harold Urrey menguji hipotesis ini dengan membuat perangkat yang menyerupai kondisi bumi primitif. Terdapat gelas labu berisi air yang dipanaskan untuk menyerupai keadaan laut, H2O, CH4, NH3, dan H2 sebagai atmosfer sintetis, bunga api (listrik) untuk meniru petir dan kilat, kondenser untuk melakukan kondensasi senyawa hujan dan senyawa terlarut lainnya. Hasilnya adalah larutan coklat yang ketika diuji mengandung asam amino penyusun protein yang sekaligus merupakan komponen utama penyusun makhluk hidup.
• Evolusi Biologi
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik. Sesuai percobaan, asal-usul kehidupan berasal dari sintesis dan akumulasi monomer organik pada kondisi abiotik. Agregat molekul yang dihasilkan secara abiotik adalah protobion.
Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tak dapat melakukan reproduksi namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dan menunjukkan ciri-ciri hidup lainnya yaitu metabolisme.
Salah satu teori asal usul kehidupan yang dapat ditelaah secara ilmiah adalah teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Teori ini sangat kontroversial karena bertentangan dengan teori kreasionisme yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan seseorang.
Walaupun demikian, dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, gagasan teori evolusi pun semakin kuat. Hal ini didukung dengan ditemukannya bukti bukti evolusi, yaitu :
. Fosil
Fosil berkembang ketika mineral-mineral dideposit ke dalam tulang dan jaringan keras lain seperti pada gigi, pada organisme yang telah mati. Matriks organik dalam organisme tersebut mengalami mineralisasi di mana zat-zat organik digantikan oleh zat-zat anorganik sehingga mengeras bagaikan batu dan awet berjuta tahun kemudian. Letusan gunung api, lipatan geologis yang terangkat, hujan dan erosi mengangkat fosil ke dekat permukaan tanah sehingga temuan fosil terjadi. Fosil dapat digunakan untuk meneliti serial perubahan struktur pada organisme yang telah punah.
2. Homologi (Kemiripan struktur tubuh)
Organisme yang berbeda bisa memiliki fitur anatomis yang mirip (homolog) dan menunjukkan keturunan dari para pendahulu yang secara umum sama. Contohnya adalah lumba-lumba dan simpanse berevolusi dari nenek moyang yang sama, anggota tubuh keduanya bekerja dengan cara yang berbeda tetapi susunan tulangnya sama.
Sedangkan analogi adalah organ-organ dengan fungsi yang sama tetapi berevolusi dari titik berbeda, contohnya adalah sayap pada serangga dan burung.
3. Organ tubuh yang tak sempurna
Struktur vestigeal adalah struktur yang berkembang minimal untuk keperluan marginal yang mewakili sisa-sisa struktur yang dulunya berkembang dan berfungsi sempurna. Contohnya antar lain: otot penggerak telinga luar, tulang ekor, appendix sisa caecum, mengecilnya gigi seri atas kedua seperti kerucut, dan mengecil atau bahkan tidak adanya gigi geraham terakhir.
4. Embrio yang sama
Embrio minggu-minggu pertama pada vertebrata menunjukkan persamaan struktur sehingga mewakili adanya hubungan evolusioner.
5. Persamaan sekuens protein dan DNA menunjukkan hubungan evolusioner.
6. Perubahan geologis dapat menerangkan variasi pada distribusi tanaman dan hewan.
Penyebab evolusi menurut Darwin adalah adanya perjuangan dalam memperebutkan sumber daya. Perjuangan ini melibatkan beberapa variasi sifat yang lebih berperan dibandingkan yang lainnya. Sifat-sifat yang unggul akan menghasilkan keturunan dalam jumlah besar sehingga sifat-sifat tersebut perlahan-lahan akan menjadi umum dalam populasi.
Hasil akhirnya adalah perubahan yang didorong oleh seleksi alam. Seleksi alam adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam proses evolusi. Seleksi alam merupakan proses yang nyata tetapi tidak terasa, berlangsung secara terus-menerus dan menguntungkan variasi yang dapat bertahan hidup. Seleksi alam tak selalu memberi hasil yang diharapkan, tidak akan memunculkan kemampuan yang berguna di masa depan, kecuali kemampuan itu telah memiliki manfaat pada saat ini.
Hal ini berarti semua sifat yang saat ini ada pada suatu organisme telah berkembang melalui serangkaian tahapan yang disebabkan oleh adanya seleksi alam. Seleksi alam mengutamakan sifat yang membantu dalam kelangsungan hidup, tetapi juga meminimalkan sifat yang tak sesuai, misalnya saja organ-organ vestigeal.
Faktor lain yang penting dalam evolusi adalah adaptasi. Adaptasi adalah segala perubahan yang meningkatkan kemampuan organisme untuk bertahan hidup dan diwariskan pada keturunannya. Adaptasi ini adalah hasil dari seleksi alam. Hasil evolusi dapat dilihat dari berbagai bentuk adaptasi makhluk hidup, dari bentuk fisik sampai cara interaksi mereka yang kompleks. Karena terus terjadi berbagai adaptasi, maka terbentuk spesies baru. Pada waktu yang bersamaan, sifat-sifat yang tidak mampu bertahan akan punah.
Pada perjalanannya, seleksi alam bukanlah sesuatu yang mudah diterima. Sangat mudah untuk membayangkan bagaimana seleksi alam menyebabkan perubahan yang cepat dan menguntungkan seperti otot yang besar dan bulu yang hangat. Namun, sifat-sifat yang didapat karena proses adaptasi ini tidaklah dapat langsung diturunkan. Misalnya saja otot-otot yang dilatih sehingga menjadi besar, namun keturunannya tidak semata-mata langsung berotot besar. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan genetika oleh Gregor Mendel, pewarisan sifat adalah melalui informasi genetik di dalam gen, bukan melalui kebiasaan adaptasi. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa terjadinya perubahan disebabkan karena
adanya perubahan gen. Perubahan ini terjadi melalui proses mutasi dan variasi.
Mutasi adalah perubahan sandi genetik yang menghasilkan alela baru sehingga fenotip (ciri yang kelihatan pada organisme) berubah.
Perubahan gen ini terjadi melalui mutasi-mutasi kecil yang menghasilkan keuntungan selektif yang dapat menyebabkan sifat baru yang tadinya tersembunyi jadi menyebar dengan cepat dan menjadi mapan secara permanen.
Melalui seleksi alam, mutasi yang buruk seringkali dihilangkan. Selain itu, rekombinasi dari faktor-faktor yang sudah ada memunculkan variasi-variasi baru.
Tanpa mutasi pun, penyusunan kembali genotip (ciri yang tak kelihatan pada organisme) yang berlangsung dengan bantuan reproduksi seksual dapat menjadi sumber sifat genetika baru. Walaupun demikian, penemuan ilmu genetika ini juga dapat menerangkan proses evolusi dan perubahan gen dalam populasi. Kemajuan dalam biologi yang terus dicapai khususnya dengan penemuan struktur DNA makin mengukuhkan teori evolusi.
Evolusi terjadi pada makhluk hidup, tidak terkecuali pada manusia. Manusia berasal dari famili hominid yang hidup antara 6-8 juta tahun yang lalu. Hominid berasal dari Afrika kemudian menyebar ke bagian dunia lain. Anggota pertama adalah genus Ardipithecus yang mirip kera. Kemudian muncul Australopithecine yang memiliki kemampuan berdiri tegak dan otak yang sedikit lebih besar. Homo Habilis yang muncul kira kira 24 juta tahun yang lalu membentuk garis awal evolusi yang menuju ke manusia, spesies ini membuat perkakas pertama.
Penerusnya adalah Homo Erectus yang hidup menyebar di Eropa dan Asia dan munculnya
sekitar 2 juta tahun yang lalu, memiliki kemampuan membuat perkakas yang lebih baik, besar otak 1000 centimeter kubik, fitur wajah seperti kera, badan lebih tinggi, membuat alat yang lebih maju, bahasa verbal terbatas dibantu tanda-tanda, membentuk kelompok 20-50 orang, hidup di gua atau pelindung, membuat baju dari kulit binatang, menggunakan api untuk memasak, dan telah berbudaya. Manusia berasal dari Homo Sapiens, namun paleoantropologi umumnya sepakat bahwa Homo Erectus terpisah dari Homo Sapiens berdasarkan fitur anatomis mereka.
Sampai sekarang pun masih ada sedikit keraguan bahwa Homo Sapiens berasal dari Homo Erectus. Tapi hal ini dapat dijelaskan dengan Hipotesis Keluar Afrika (out of Africa), manusia modern berkembang di Afrika kemudian beremigrasi ke bagian lain bumi dan menggantikan hominid yang ada di sana. Hal ini diperkuat dengan adanya DNA mitokondria (mtDNA) yang
menunjukkan bahwa semua manusia modern berasal dari Afrika.
Walaupun teori asal usul makhluk hidup melalui proses evolusi adalah yang paling dapat ditelaah secara ilmiah, namun tetap tidak lepas dari berbagai kritik. Kritik ini berdasarkan pada antropoegosentris, pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia di bumi, karena mempunyai kemampuan berpikir, berakhlak, dan berspirit, maka ia tidak mungkin berkerabat dengan makhluk hidup lain di dunia ini, sebab ia diciptakan terpisah dari spesies lain. Atau dengan kata lain bertentangan dengan teori kreasionisme, menolak evolusi dan menganggap bahwa manusia diciptakan terpisah dari spesies lain dan langsung seperti bentuknya sekarang. Masalahnya adalah kreasionisme tidak melakukan penelitian empiris sendiri, mengambil hasil penelitian evolusi dan menyeleksi beberapa kalimat atau paragraf, dipisahkan dari konteksnya sebagai satu keutuhan makalah, dan dipakai untuk menyerang balik teori evolusi.
Kritik-kritik terhadap hasil kerja para peneliti ini digunakan untuk mendukung kepercayaan mereka terhadap interpretasi literal penciptaan seperti terdapat dalam kitab suci agama tertentu atau digunakan untuk mempermalukan ilmuwan evolusi. Belakangan ini, ada seorang penulis mengemukakan pendapatnya menentang evolusi.
Sayangnya, argumentasi penulis ini hampir semuanya berupa pernyataan yang menyerang berbagai cuplikan karya ilmiah ilmuwan biologi, ilmuwan geologi, ilmuwan bioantropologi, dan ilmuwan paleoantropologi, tanpa dasar penelitiannya sendiri.
Misalnya saja masalah mutasi, yang menurut pendapatnya semua mutasi membahayakan, namun pada kenyataannya seringkali mutasi yang buruk dihilangkan oleh seleksi alam. Misalnya paleoserologi menunjukkan golongan darah O adalah golongan darah tertua dan terbanyak frekuensinya dalam populasi manusia. Golongan darah AB adalah golongan terbaru dan golongan darah A dan B muncul sesudah O dan sebelum AB. penelitian menunjukkan bahwa golongan darah O dan A rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dibandingkan dengan golongan darah B dan AB.
Contoh lain adalah masalah fosil ikan coelacanth yang selama ini ditemukan fosilnya dan diyakini sebagai bentuk peralihan dari ikan ke hewan darat ternyata masih hidup. Memang benar ikan ini ditemukan hidup pada tahun 938 di Afrika selatan dan 990-an di Indonesia. Walaupun kedua spesies terlihat hampir identik, hasil analisis genetika menunjukkan bahwa kedua spesies itu berbeda, untuk ikan ini, jam evolusi mungkin melambat tetapi masih berjalan.
Ada bermacam-macam teori tentang asal usul manusia, bahkan teori yang terbaru menyatakan bahwa manusia berasal dari bunga karang. Menurut Anda, manakah teori yang benar tentang asal usul kehidupan? Tak ada yang pernah tahu tentang hal itu, semuanya terserah pada diri Anda sendiri. Namun sebagai umat Buddha, ada baiknya kita berpikir, adakah manfaat dari mengetahui dari mana asal-usul kehidupan kita? Apakah hal tersebut dapat membawa kita menuju kesempurnaan? Alangkah baiknya jika kita memikirkan apa yang terbaik bagi pribadi kita untuk dapat lepas dari dukkha dan mencapai nirwana, bukannya malah memusingkan dari mana asal kita. Karena sebagai umat Buddha kita mengenal hukum Paticcasamuppada, semuanya merupakan lingkaran yang terus berulang,
seperti juga kehidupan yang merupakan siklus, kita tidak akan pernah tahu dari mana asal lingkaran tersebut, bukan? Ingatlah perumpamaan Sang Buddha berikut: jika anda terkena panah beracun, apakah anda mau mencari tahu dulu siapa yang memanah? Dari mana asal panahnya?
Kayu untuk membuat panahnya kayu apa? Lalu racun yang digunakan racun apa? Ujung panahnya terbuat dari apa? Bukankah sebaiknya anda terlebih dahulu mencari obat untuk menyembuhkan Anda dari racun panah tersebut? (Yesica’06)
Referensi:
www.harunyahya.com/indo/buku/menyibak002.htm
www.harunyahya.com/indo/buku/keruntuhan003.htm
www.buddhistonline.com/dsgb/al03.shtml
www.gotquestions.org/Indonesia/Kreasi-versus-evolusi.html
www.freelists.org/archives/mahasathi/0 -2004/msg0002 .html
www.freelists.org/archives/mahasathi/0 -2004/msg000 6.html
www.kompas.co.id/ver /Iptek/06 2/03/233546.htm
www.indomedia.com/sripo/2003/02/ 6/ 602lep .htm
Aryulina, Diah, dkk, 2005, Biologi SMA untuk Kelas XII, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bagir, Zainal Abidin,dkk, 2006, Ilmu, Etika, dan Agama, CRCS, Yogyakarta.
Burnie, David, 2003, Evolusi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Miller, Jonathan dan Bonn Van Loon, 2000, Mengenal Darwin, Penerbit Mizan,
Bandung.
Sayangnya, argumentasi penulis ini hampir semuanya berupa pernyataan yang menyerang berbagai cuplikan karya ilmiah ilmuwan biologi, ilmuwan geologi, ilmuwan bioantropologi, dan ilmuwan paleoantropologi, tanpa dasar penelitiannya sendiri.
Misalnya saja masalah mutasi, yang menurut pendapatnya semua mutasi membahayakan, namun pada kenyataannya seringkali mutasi yang buruk dihilangkan oleh seleksi alam. Misalnya paleoserologi menunjukkan golongan darah O adalah golongan darah tertua dan terbanyak frekuensinya dalam populasi manusia. Golongan darah AB adalah golongan terbaru dan golongan darah A dan B muncul sesudah O dan sebelum AB. penelitian menunjukkan bahwa golongan darah O dan A rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dibandingkan dengan golongan darah B dan AB.
Contoh lain adalah masalah fosil ikan coelacanth yang selama ini ditemukan fosilnya dan diyakini sebagai bentuk peralihan dari ikan ke hewan darat ternyata masih hidup. Memang benar ikan ini ditemukan hidup pada tahun 938 di Afrika selatan dan 990-an di Indonesia. Walaupun kedua spesies terlihat hampir identik, hasil analisis genetika menunjukkan bahwa kedua spesies itu berbeda, untuk ikan ini, jam evolusi mungkin melambat tetapi masih berjalan.
Ada bermacam-macam teori tentang asal usul manusia, bahkan teori yang terbaru menyatakan bahwa manusia berasal dari bunga karang. Menurut Anda, manakah teori yang benar tentang asal usul kehidupan? Tak ada yang pernah tahu tentang hal itu, semuanya terserah pada diri Anda sendiri. Namun sebagai umat Buddha, ada baiknya kita berpikir, adakah manfaat dari mengetahui dari mana asal-usul kehidupan kita? Apakah hal tersebut dapat membawa kita menuju kesempurnaan? Alangkah baiknya jika kita memikirkan apa yang terbaik bagi pribadi kita untuk dapat lepas dari dukkha dan mencapai nirwana, bukannya malah memusingkan dari mana asal kita. Karena sebagai umat Buddha kita mengenal hukum Paticcasamuppada, semuanya merupakan lingkaran yang terus berulang,
seperti juga kehidupan yang merupakan siklus, kita tidak akan pernah tahu dari mana asal lingkaran tersebut, bukan? Ingatlah perumpamaan Sang Buddha berikut: jika anda terkena panah beracun, apakah anda mau mencari tahu dulu siapa yang memanah? Dari mana asal panahnya?
Referensi:
www.harunyahya.com/indo/buku/menyibak002.htm
www.harunyahya.com/indo/buku/keruntuhan003.htm
www.buddhistonline.com/dsgb/al03.shtml
www.gotquestions.org/Indonesia/Kreasi-versus-evolusi.html
www.freelists.org/archives/mahasathi/0 -2004/msg0002 .html
www.freelists.org/archives/mahasathi/0 -2004/msg000 6.html
www.kompas.co.id/ver /Iptek/06 2/03/233546.htm
www.indomedia.com/sripo/2003/02/ 6/ 602lep .htm
Aryulina, Diah, dkk, 2005, Biologi SMA untuk Kelas XII, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bagir, Zainal Abidin,dkk, 2006, Ilmu, Etika, dan Agama, CRCS, Yogyakarta.
Burnie, David, 2003, Evolusi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Miller, Jonathan dan Bonn Van Loon, 2000, Mengenal Darwin, Penerbit Mizan,
Bandung.
https://dhammacitta.org/pustaka/ezine/eka-citta/eka-citta%2029.pdf |