Masa Depan itu tak pasti, Kita tak pernah tahu pasti apa yang akan terjadi kemudian.
Dan saat segala Masalah yang pelik telah sirna, hidup tidak selalu harus tidak berbuat apa-apa, Menikmati Madu!
Hidup juga harus diperjuangkan dengan segenap daya, agar Hidup dapat semakin Hidup. KEHIDUPAN tak akan pernah luput dari Masalah, Percobaan dan Penderitaan.
Setiap orang punya kisah duka nestapa sendiri-sendiri, tergantung bagaimana cara kita menyikapi.
Kebanyakan kita melihat hanya dari segi Derita, Nestapa, Masalah, Cobaan tersebut. Sehingga dalam HIDUP tak ada SUKA CITA sedikit pun yang tersisa. Hanya ada Kesedihan, Duka, Amarah, Kejengkelan dan Perasaan-perasaan Negatif lainnya.
Tidak heran, sering kita temui orang-orang yang mengalami Depresi, Penyakit Psikosomatis, Bahkan sampai Bunuh Diri. Alangkah INDAH Kehidupan di Dunia, Jika kita senantiasa bisa mencari Sisi POSITIF dari segala yang kita alami dan Mampu menikmatinya.
Belajarlah untuk Senantiasa BERSYUKUR. Niscaya akan selalu ada SUKA CITA di dada.
Selamat sore semuanya,
semoga semuanya selalu tetap bersemangat menjalani hidup apapun yang terjadi.
keep smile and be Happy
semoga semua makhluk berbahagia
Terjebak di Antara
Macan dan Ular
MASALAH KRITIS DAN PEMECAHANNYA
By. Ajahn Brahm
Ada sebuah cerita kuno Buddhis, yang seperti cerita
sebelumnya, menggambarkan mengenai bagaimana kira-kira respon kita dalam
menghadapi krisis antara hidup dan mati.
Seorang lelaki berlari tunggang langgang dikejar oleh
seekor macan di hutan. Macan dapat berlari lebih cepat daripada manusia dan
mereka juga makan manusia. Macan itu sedang lapar lelaki itu dalam kesulitan.
Ketika macan hampir saja berhasil menerkamnya, orang
itu melihat sebuah sumur di pinggir jalan. Dalam keputusasaannya, tanpa pikir
panjang dia melompat ke dalam sumur itu. Segera saja dia sadar bahwa dia telah
melakukan kesalahan fatal. Sumur itu kering dan di dasarnya, dia melihat
segulung besar ular hitam.
Secara naluriah dia menggapaikan lengannya untuk
meraih tepi sumur, dan tangannya menemukan sebuah akar pohon yang mampu menahan
laju kejatuhannya. Ketika dia telah merasa cukup tenang, dia melihat si ular
hitam menjulurkan tubuhnya setinggi mungkin untuk mencoba menyerang kakinya,
tetapi kakinya sejengkal lebih tinggi.
Dia lalu mendongakkan kepala dan melihat si macan
mencondongkan tubuhnya di bibir sumur untuk mencoba mencakarnya dari atas ;
tetapi tangannya sejengkal lebih jauh dari si macan. Selama dia merenungkan
keadaannya yang mengenaskan itu, dia melihat dua ekor tikus, yang satu hitam
dan lainnya putih, muncul dari sebuah lubang kecil dan mulai mengerat akar
pohon yang dipegangnya.
Selama si macan mencoba mencakarnya, kaki belakangnya
berpijak pada sebuah pohon kecil di tepi sumur yang menyebabkan pohon itu
bergoyang-goyang. Pada salah satu dahan pohon yang menjuntai dari atas sumur,
terdapat sebuah sarang lebah, madu pun mulai menetes jatuh ke dalam sumur.
Melihat tetesan madu, lelaki itu menjulurkan lidahnya untuk menangkap tetesan
madu tersebut.
"Mmmm ! Sedap sekali," dia berkata kepada
dirinya sendiri dan tersenyum.
Kisah itu, sebagaimana diceritakan secara tradisi,
berakhir sampai di situ saja. Itulah sebabnya kisah itu menjadi kisah sejati
bagi kehidupan. Karena kehidupan, sebagaimana sinetron televisi yang
bertele-tele, tidak punya akhir yang rapi. Kehidupan ini selamanya dalam proses
penuntasan.
Lebih lanjut, sering dalam kehidupan ini kita bagaikan
terjebak di antara macan lapar dan ular hitam, di antara kematian dan sesuatu
yang lebih buruk, dengan siang dan malam (kedua tikus) mengunyah-ngunyah seutas
tali kehidupan tempat kita bergantung. Bahkan dalam situasi yang menakutkan
seperti itu selalu ada saja madu yang menetes entah dari mana. Jika kita
bijaksana, kita akan menjulurkan lidah untuk menikmati tetes-tetes madu itu.
Mengapa tidak ? Ketika tak ada yg perlu dilakukan, ya jangan ngapa-ngapain,
nikmati saja tetes-tetes madu kehidupan.
Seperti yang saya katakan, secara tradisional kisah
itu berakhir di sini. Namun demikian, dalam rangka membuat sebuah kesimpulan,
saya biasanya menceritakan akhir yang sebenarnya dari kisah itu kepada pemirsa saya.
Inilah yang terjadi berikutnya.
Tatkala lelaki itu menikmati tetesan madu, tikus-tikus
terus mengerat akar pohon sehingga menjadi makin tipis dan makin tipis saja. Si
ular hitam pun terus menjulur-julurkan tubuhnya makin dekat dengan kaki si
lelaki ; sementara si macan terus mencondongkan tubuhnya lebih dalam lagi
hingga cakarnya nyaris menjangkau tangan si lelaki. Lalu si macan dengan penuh
semangat mencondongkan kembali tubuhnya lebih dalam lagi, tiba-tiba dia
terjatuh ke dalam sumur, meluncur melewati lelaki itu dan menimpa si ular
sampai mati ; macan itu pun sekarat di dasar sumur.
Yah, itu bisa saja terjadi ! Dan sesuatu yang tak
terduga biasanya terjadi. Begitulah kehidupan kita. Jadi mengapa menyia-nyiakan
momen manisnya madu, bahkan bila kita berada dalam masalah yang benar-benar
pelik sekalipun. Masa depan itu tak pasti, kita tak pernah tahu pasti apa yang
akan terjadi kemudian.