Dari: Subhadevi, Surabaya
Namo
Buddhaya,
Kalau kita
telah melakukan suatu hal yang kita tahu bahwa itu adalah melanggar Sila
( misalnya
melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup) tapi hal itu kita lakukan
dengan benar2
terpaksa karena mengganggu kesehatan, tapi kemudian kita selalu
"dihantui"
akan akibat perbuatan tsb., apa yang harus kita lakukan ?
Karena
bukankah "dihantui" tersebut sudah bisa mengkondisikan karma buruk
kita
akan berbuah
karena pikiran kita selalu mengarah kesana?
Apakah dengan
hanya berbuat banyak kebaikan saja buah karma buruk yang
sebenarnya
dari akibat perbuatan tersebut bisa "hilang" ?
Anumodana atas
perhatiannya.
Namaskara,
subhadevi
Jawaban:
Merasa
bersalah atas kesalahan yang telah dilakukan adalah merupakan buah karma
buruk.
Sedangkan, melakukan kesalahan itu sendiri adalah menanam karma buruk.
Namun, apabila
kesalahan yang berupa pelanggaran sila itu dilakukan karena kondisi
terpaksa,
seperti seorang prajurit yang menembak mati musuhnya di medan perang,
maka buah
karma buruk yang akan diterimanya tidak sebesar kalau kesalahan itu
dilakukan
bukan berdasarkan keterpaksaan.
Untuk mengatasi
perbuatan buruk yang telah dilakukan, seseorang hendaknya lebih
banyak
mengembangkan kebajikan dengan melakukan kerelaan, kemoralan dan
konsentrasi.
Dengan demikian, ibarat segelas air yang berisikan garam sesendok,
apabila terus
ditambah air, maka garam yang sesendok itu akan hilang rasa asinnya.
Garam adalah
melambangkan kesalahan yang telah dilakukan, air adalah
melambangkan
kebajikan yang dilakukan.
Dengan menambah kebajikan tanpa kenal putus asa,
maka buah karma buruk
yang telah dilakukan akan dapat lebih ringan dirasakannya
namun bukan berarti bisa 'hilang' begitu saja.
Semoga
penjelasan singkat ini dapat lebih menenangkan perasaan.
Semoga
bahagia.
Salam metta,
B. Uttamo
Sumber :
KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (1)
Di Website Buddhis ‘Samaggi Phala’
Oleh Bhikkhu Uttamo