Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

Hubungan antara Karma dengan Pelanggaran Sila Dalam Kondisi Terpaksa



Dari: Subhadevi, Surabaya

Namo Buddhaya, 

Kalau kita telah melakukan suatu hal yang kita tahu bahwa itu adalah melanggar Sila
( misalnya melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup) tapi hal itu kita lakukan
dengan benar2 terpaksa karena mengganggu kesehatan, tapi kemudian kita selalu
"dihantui" akan akibat perbuatan tsb., apa yang harus kita lakukan ? 

Karena bukankah "dihantui" tersebut sudah bisa mengkondisikan karma buruk kita
akan berbuah karena pikiran kita selalu mengarah kesana?
 
Apakah dengan hanya berbuat banyak kebaikan saja buah karma buruk yang
sebenarnya dari akibat perbuatan tersebut bisa "hilang" ? 

Anumodana atas perhatiannya. 
Namaskara, subhadevi 



Jawaban:

Merasa bersalah atas kesalahan yang telah dilakukan adalah merupakan buah karma
buruk. Sedangkan, melakukan kesalahan itu sendiri adalah menanam karma buruk.

Namun, apabila kesalahan yang berupa pelanggaran sila itu dilakukan karena kondisi
terpaksa, seperti seorang prajurit yang menembak mati musuhnya di medan perang,
maka buah karma buruk yang akan diterimanya tidak sebesar kalau kesalahan itu
dilakukan bukan berdasarkan keterpaksaan.

Untuk mengatasi perbuatan buruk yang telah dilakukan, seseorang hendaknya lebih
banyak mengembangkan kebajikan dengan melakukan kerelaan, kemoralan dan
konsentrasi. 

Dengan demikian, ibarat segelas air yang berisikan garam sesendok,
apabila terus ditambah air, maka garam yang sesendok itu akan hilang rasa asinnya.

Garam adalah melambangkan kesalahan yang telah dilakukan, air adalah
melambangkan kebajikan yang dilakukan. 

Dengan menambah kebajikan tanpa kenal putus asa, maka buah karma buruk 
yang telah dilakukan akan dapat lebih ringan dirasakannya namun bukan berarti bisa 'hilang' begitu saja.

Semoga penjelasan singkat ini dapat lebih menenangkan perasaan.

Semoga bahagia.

Salam metta,

B. Uttamo 


Sumber :
KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (1)
Di Website Buddhis ‘Samaggi Phala’

Oleh Bhikkhu Uttamo

Comments
0 Comments
>

Arini