Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

Tanya Jawab: Puasa Mutih, Vegetarian, Aliran Buddhis


Dari: Ceria Salim, Jakarta
Apakah diperbolehkan dalam Buddha kalo kita melaksanakan mutih ( hanya makan nasi putih dan minum air putih. 
Mengenai vegetarian, kok fleksible sekali yach (mungkin karena  Buddha sendiri demokrat dan fleksible ke semua orang). padahal kan kita sebagai Buddhis harusnya  mengasihi sesama kita. (kok Buddhis banyak aliran spt agama Islam-Kristen-Katolik, knapa tidak disatukan jadi 1 keluarga aja) 
Semoga semua mahkluk berbahagia slalu sepanjang masa. 

Jawaban:
Di dalam Agama Buddha, karena tradisi yang telah dipercaya boleh saja dikerjakan,  maka tentu saja mutih masih bisa dikerjakan sesuai dengan yang diniatkan. Hal ini  karena tujuan Agama Buddha adalah mencapai kesucian yaitu terbebas dari  ketamakan, kebencian dan kegelapan batin, sedangkan tradisi lebih banyak tidak  mengarahkan untuk mencapai kesucian tersebut. Jadi, dengan sederhana, bukan  karena cara makan seseorang bisa mencapai kesucian, namun hanyalah karena cara  berpikir.

Tentang Vegetarian, memang Sang Buddha tidak pernah mengharuskan, artinya,  siapapun yang ingin melatih bisa melaksanakannya, namun bukanlah keharusan. Hal  ini karena seperti pertanyaan sebelumnya, bahwa suci dan tidak suci bukanlah  tergantung karena makanan, melainkan dari cara berpikir seseorang. Pikiran adalah  pelopor segalanya.

Sedangkan terdapat beberapa aliran Agama Buddha dalam masyarakat adalah karena  Buddha Dhamma tidak menentang tradisi. Jadi, setiap kali Buddha Dhamma masuk  ke suatu kelompok masyarakat, maka tercampurlah dengan tradisi setempat. Oleh  karena itu, tampaknya Agama Buddha terdiri dari banyak kelompok, padahal, pada  dasarnya intinya sama yaitu Ajaran Sang Buddha untuk mengurangi ketamakan,  kebencian dan kegelapan batin.

Semoga sekarang Anda sudah tidak bingung lagi.
Salam metta,
B. Uttamo

Sumber :
KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (1)
Di Website Buddhis ‘Samaggi Phala’

Oleh Bhikkhu Uttamo

Artikel Buddhist lainnya klik disini

Comments
0 Comments
>

Arini