Dalam mimpi aku melihat Richard terbaring di suatu gubuk yang sederhana, ada beberapa orang tua mengelilinginya. Seluruh badannya biru lebam, wajahnya sudah tidak sepucat semalam sewaktu aku memimpikannya, namun dia masih tidak sadarkan diri. Sedangkan para orang tua yang mengelilinginya tampak berusaha menyembuhkan lukanya.
Tiba tiba saja wajahku terasa begitu panas, aku segera meloncat dan kepalaku kejeduk kaca mobil, ternyata hari sudah siang. Aku segera membuka mata dan melihat sekelilingku begitu banyak orang berkerumum mengelilingi mobilku. Masih juga belum begitu fokus, aku mengucek ngucek mataku. Ternyata orang orang yang mengerumuniku adalah penduduk setempat. Wajah mereka ramah ramah dan penuh dengan senyuman.
Aku segera keluar dari mobil dan menyapa mereka. Tiba tiba saja ada orang tua yang menyeruak maju kearahku, sambil menggengam tanganku mengajakku berjalan mengikuti langkahnya yang perlahan. Aku masih bingung.
Perjalanan tidak begitu jauh, yang bisa kubawa hanya ransel, sedangkan mobil yang sudah kukunci, kubiarkan saja disana, karena tidak bisa kubawa masuk kedalam perkampungan yang makin lama makin masuk kedalam.
Sesampai didalam sana , ternyata perkampungan mereka begitu asri dan indah. Aku tidak pernah mengetahui ada perkampungan yang seperti ini, tidak sekalipun pernah diliput di televisi. Perkampungan yang indah dan bersih, di sekeliling gubuk gubuk kecil ditanami bunga yang warna warni, sungguh rapi dan teratur, benar benar seperti masuk ke alam sorga seperti yang pernah kubaca di kitab kitab suci.
Amitaba!, aku bergumam dalam hati, bukankah, itu gubuk yang kulihat didalam mimpi? Bentuknya yang mungil dan bersih, namun begitu cantik di tengah hamparan bunga warna warni. Jantungku berdegup dengan kencang. Percis seperti saat pertama aku bertemu dengan Richard.
Orang tua itu membawaku masuk kedalam gubuk, disana aku termangu karena melihat Richard yang masih terbaring lemah, aku segera menghambur memeluknya, “Richard…, Richard….. Richard…..” aku tidak bisa berkata yang lain selain memanggil namanya. Segala yang menghimpit di dada ini berapa hari terlepas sudah. Aku menangis sejadi jadinya di dalam pelukan Richard.
“Vania, jangan menangis, bukankah sudah kuajarkan harus tabah mengalami hal apapun? Sudahlah, sayang, jangan menangis.” Richard membelai ranmbutku dan mengecup dahiku dengan lembut. Aku menangis sejadi jadinya di dada Richard yang hangat. Tanpa sadar aku menjadi tertidur, seperti biasanya, jika aku menangis pasti akan tertidur di dada Richard.
Setelah seminggu kami menginap disana, akhirnya Richard sembuh total, kami kemudian pulang ke Medan dan bisa di bayangkan kegembiraan orang tua kami berdua. Apalagi setelah Richard mengetahui bahwa aku mengandung anaknya, kegembiraan menjadi bertambah, seluruh keluarga ikut merayakan kebahagiaan kami dengan beramal ke beberapa vihara setempat dan memberi donasi ke beberapa panti asuhan setempat.
Hari ini aku membuka facebook dan aku menemukan banyak pesan masuk sebagai tanda support para pembacaku yang setia, setiap kali aku menemukan ini, hatiku akan terasa bahagia, kopi yang masih mengepul hangat di tanganku segera di ambil Richard yang baru saja pulang dari kantor, seperti biasanya dia mengecupku dengan lembut dan penuh kasih sayang hingga aku terasa melebur di dalam pelukannya. Pelajaran yang dapat kuambil dari kejadian kali ini adalah, apapun yang terjadi jangan langsung panik, usahakan tenang dan perlahan menyelidiki masalahnya dan jika sudah mengetahui masalah yang terjadi, usahakan pelan pelan menyelesaikannya. Jangan langsung down seperti yang kejadian kemarin.
Akhirnya setelah pagi datang…, aku tersentak bangun, astaga, kali ini aku sudah bisa bangun sendiri, betapa senangnya hatiku. diam diam aku menyiapkan sarapan dan semuanya, kali ini gantian aku yang mengecup keningnya mesra sambil membangunkannya. “Selamat pagi sayang, semoga hari ini akan sama seperti hari hari yang akan datang. I love u forever”
“Selamat pagi juga, cintaku” Richard balas mengecup dahiku dengan mesra.
Waktu berlalu dengan cepat, tidak terasa sudah sebulan, seluruh luka Richard sudah mulai sembuh, yang anehnya dia tidak memiliki luka dalam yang serius, padahal waktu itu dia terjatuh terguling diantara dahan dahan pohon, untunglah ada banyak dahan pohon yang menahan tubuhnya sehingga dia tidak langsung terhempas di jurang yang begitu dalam itu.
Setelah Richard total sembuh dari lukanya, ketika di hari minggu, kami berdua mencoba kembali ke perkampungan tempat Richard kutemukan. Kami telusuri jalan setapak demi setapak, dan mencoba masuk ke perkampungan yang kami, cari, tetapi anehnya yang kami jumpai hanyalah makam makam yang terbuat dari batu.
Menurut penduduk setempat, daerah itu memang terkenal angker, dan dulu memang merupakan perkampungan yang asri sampai suatu hari terjadi bencana penyakit menular yang sangat hebat.
Aku hanya bisa memeluk Richard dengan erat sambil berterima kasih kepada para arwah penduduk setempat yang telah menolong suamiku, Richard. Siapa bilang hantu cuma bisa mengganggu manusia?, mereka sama seperti kita, karena semua hantu juga berasal dari manusia. Intinya, hormatilah semua makhluk hidup agar mereka juga menghormatimu, sehingga pada saatnya nanti ketika kamu dalam kesulitan, mereka pasti akan datang membantumu, sabbe satta bhavantu shukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia.
SERIAL VANIA DAN RICHARD
- TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 1
- TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 2
- TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 3
- TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 4
- TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 5
- TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 6
- TERIMA KASIH TUHAN, AKU MENEMUKANMU!, Part 7