Donasi : Bank BCA -- No. Rek, 8305-11-8393 --- A/N : ARINI

Evolusi Buddhisme - Opini


Evolusi Buddhisme


Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika melihat judul ini? Evolusi Buddhisme? Yang penulis maksudkan adalah evolusi ajaran Buddha sendiri. Sepanjang sejarah agama Buddha semenjak wafatnya Buddha Gautama, evolusi ajaran Buddha mulai tampak. Sebelum dibicarakan lebih lanjut, yang dimaksud dengan evolusi Buddhisme adalah evolusi dalam pemikiran Buddhis (interpretasi) terhadap ajaran Buddha, termasuk akan dibahas kaitannya
pengaruh budaya/tradisi, filsafat dan ilmu pengetahuan. Sepanjang kira-kira 2500 tahun ajaran Buddha telah terjadi sejumlah evolusi pemikiran di beberapa tempat. Penulis memperkirakan beberapa kemungkinan bentuk Buddhisme di masa mendatang yang akan dibahas di akhir tulisan ini.



Evolusi Aliran Buddhis

Semenjak wafatnya Sang Buddha, terjadi perbedaan penafsiran yang sampai saat ini pun masih saja ada orang yang bersikeras bahwa tradisinya yang lebih luas atau alirannya yang paling murni. Sebenarnya hal tersebut—jika kita telusuri— ke masa lalu, berawal dari beberapa biksu yang mempunyai perbedaan penafsiran terhadap ajaran Buddha. Beberapa biksu Hinayana yang kurang memahami makna Buddhisme sesungguhnya, kemudian mereka menurunkan ajarannya sehingga dianggap egois oleh biksu yang berbeda pandangan— Mahayana Purba. Begitu pula hanya karena beberapa biksu Mahasanghika (salah satu aliran cikal bakal Mahayana) yang salah dalam memahami ajaran Buddha oleh beberapa biksu yang memegang teguh ajaran Buddha menganggapnya sebagai ajaran yang tidak murni, bukan sebenarnya dan menyimpang. Hanya karena beberapa orang atau sekelompok biksu di masa lalu, telah menyebabkan perbedaan selama ribuan tahun yang terkadang malah menimbulkan saling ejek antara penganut suatu aliran tertentu.

Bukti sejarah belakangan ini telah menunjukkan bahwa Mahayana yang sekarang berevolusi dari nenek moyang yang sama dengan Theravada. Theravada berasal dari aliran Sthawirawada, salah satu aliran yang ada saat itu.

Di samping itu telah ada kelompok-kelompok lain yang berbeda pandangan. Ada intelektual Buddhis membaginya menjadi 8 aliran. Sebenarnya hal tersebut wajar-wajar saja mengingat pada saat itu banyak aliran pemikiran dan filsafat yang berkembang di Tanah India dan berinteraksi dengan ajaran Buddha. Pun, sebenarnya Sang Buddha sendiri memasukkan beberapa ajaran atau pemikiran yang ada saat itu di India selama sejalan dengan kebenaran. 

Jadi, dengan kata lain bahwa sejak awal, agama Buddha telah mengalami evolusi karena lingkungan yang berbeda dan terdapat perbedaan pemikiran masing-masing orang/biksu. Secara sederhana, evolusi aliran agama Buddha semenjak wafatnya Buddha menjadi 2 Kelompok, yaitu Sthawirawada dan Mahasanghika. Kemudian sekelompok biksu Sthawirawada ke Srilangka dan itulah yang akan menjadi cikal bakal Theravada. Beberapa biksu yang lainnya yang mempunyai pandangan yang berbeda memisahkan diri dan menyebut dirinya sebagai Sarwastiwada yang tadinya berasal dari Sthawirawada juga.

Sebelumnya kelompok Mahasanghika telah menjauh dan berkembang di Asia Tengah. Kelompok Sarwastiwada terdiri dari banyak subkelompok kecil. Sthawirawada juga telah berkembang menjadi beberapa kelompok. Akhirnya Sthawirawada yang di Srilangka berinteraksi dengan budaya setempat dan pemikiran setempat jadilah Theravada. Begitu pula Mahasanghika yang semakin berkembang berinteraksi dengan Sarwastiwada dan di bawa masuk Cina dan Jadilah Mahayana setelah berbaur dengan pemikiran Taoisme dan
Konghucuisme.

Evolusi berbagai aliran di India saat itu juga yang menjadi cikal bakal Wajrayana. Sementara Theravada telah berkembang secara independen atau terpisah di Srilangka, Mahayana Purba telah mengakar di India. Inilah yang akan menjadi Mahayana modern di Cina. Sementara Wajrayana sebagian berasal dari Mahayan Purba, sebagian tradisi Tibet dan Sebagian lagi pengaruh Mahayana awal Cina. Namun, perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan Mahayana (saat ini) adalah Mahayana Cina yang tetap bertahan dan terus berevolusi hingga saat ini, sedangkan Wajrayana adalah Mahayana Purba yang berinteraksi dengan tradisi tibet dan sedikit Mahayana Cina dahulu kalanya.

Sedangkan Theravada sekarang adalah berasal dari Theravada Purba yang terus berkembang beriringan dengan tradisi.

Evolusi Ajaran Buddha 

Diakui atau tidak, ajaran Buddha saat ini telah berevolusi jauh dari ketika Sang Buddha hidup. Contohnya adalah dalam ritual. Apakah pada zaman ketika Buddha hidup ada disebutkan makna positif dari pemujaan terhadap Beliau? Tentunya tidak ada! Namun, bukan berarti hal tersebut salah. Pemujaan terhadap Beliau karena pengaruh tradisi dan pemikiran masyarakat saat itu dan masih bisa bertahan hingga saat ini—dengan penafsiran lebih modern sehingga bisa diterima. Saat ini, tradisi tersebut tetap dipertahankan karena beberapa manfaat positif yang bisa didapat, seperti dengan seringnya melakukan ritual atau puja, seseorang akan teringat dengan ajaran Buddha dan semakin dalam keyakinannya. Tentunya hal tersebut dengan pandangan yang benar dalam melihat makna dibalik ritual yang dilakukan.

Evolusi dalam ajaran Buddha juga terlihat melalui banyaknya aliran-aliran Buddhis beberapa abad setelah wafatnya Sang Buddha. Aliran-aliran tersebut dibagi berdasarkan perbedaan ajaran-ajaran yang lebih khusus (tinggi). Sama seperti evolusi hewan, evolusi dalam tubuh Buddhisme juga memperlihatkan bahwa yang sesuai dengan lingkungan yang akan bertahan dan kurang sesuai akan berbaur meninggalkan jejak samar atau menjadi lenyap sama sekali tanpa bekas. Dari belasan aliran sekitar abad ke-3 SM (Sebelum Masehi) hanya beberapa aliran yang bertahan hidup hingga saat ini dan aliran-aliran tersebut telah berevolusi seiring dengan perjalanan waktu hingga menjadi bentuk yang ada sekarang.

Selain dari perkembangan ajaran yang disesuaikan dengan penafsiran, bentuk evolusi agama Buddha juga terlihat melalui patung Buddha, simbol-simbol dalam ajaran Buddha sampai model-model jubah biksu yang mempunyai bentuk dan warna yang berbeda. Jubah biksu juga berevolusi sesuai dengan tempatnya. Jubah di tempat yang dingin tentu tidak bisa disamakan dengan jubah di tempat panas. Patung Buddha pada Tradisi Mahayana kental dengan pengaruh budaya Cina, sedangkan pada Tradisi Theravada juga memiliki ciriciri khas tertentu. Begitu pula patung Buddha di Tibet atau Tradisi Wajrayana yang mengandung suatu keunikan. Pun, perbedaan terwujud pada daerah yang berbeda. Sebagai contoh, patung Buddha asli Indonesia mempunyai ciri khas bentuk pribumi dibandingkan patung Buddha di India atau di Thailand. Begitu pula patung Buddha di Korea berbeda dari patung Buddha di Jepang dan Cina walaupun sama-sama Mahayana dan ada ciri khas tertentu yang sama seperti simbol swastika.

Perbedaan ajaran Buddha yang telah berevolusi dapat kita lihat saat ini. Salah satu ajaran Buddha yang diyakini adalah tentang kelahiran kembali. Semua tradisi atau aliran Buddhisme sepakat bahwa kelahiran kembali dalam ajaran Buddha berbeda dari kelahiran kembali dalam agama Hindu. Buddhisme mempercayai bahwa kelahiran kembali tidak melibatkan suatu roh atau jiwa ataupun suatu diri yang kekal. Yang diyakini adalah suatu aliran kesadaran yang tidak terputus setelah kematian yang akan mengakibatkan kelahiran kembali.

Kemudian perbedaan pun muncul ketika membahas proses setelah mati. Karena dalam ajaran Buddha awalnya tidak mempermasalahkan hal tersebut dan seiring perkembangan zaman dan hal tersebut dibutuhkan untuk menjawab tantangan masa, maka ajaran yang membahas hal tersebut dibuat oleh biksu atau ahli Buddhisme pada saat itu. 

Perbedaannya adalah bahwa Mahayana atau Wajrayana meyakini sesaat setelah kematian, ada proses aliran kesadaran yang membentuk hingga maksimal 49 hari kemudian barulah terjadi kelahiran di salah satu alam. Sedangkan Tradisi Theravada meyakini bahwa sesaat setelah kematian, arus kesadaran tersebut langsung terlahir kembali. Perbedaan ini tidak aneh mengingat bahwa Theravada telah terpisah dahulu dan berevolusi secara terpisah sedangkan Mahayana dan Wajrayana berasal dari Mahayana Purba yang tentunya ada kedekatan dalam beberapa hal.

Perbedaan tersebut pun semakin banyak ketika melihat lebih dalam ke-3 tradisi tersebut. Ada yang meyakini Buddha, ada pula yang meyakini Buddha dan beberapa Bodhisatwa yang terlihat berbeda dengan lainnya. Ada yang menitikberatkan pada arah atau tujuan menjadi Buddha, sedangkan ada yang bertujuan menjadi arahat (orang suci yang setara Buddha namun masih belum setinggi Buddha, walaupun telah mencapai pencerahan). Sedikit perbedaan pun terlihat dari metode meditasi yang digunakan. Memang tujuan atau arahnya sama namun metode-metode yang digunakan ada yang berbeda.


Masa Depan Evolusi Buddhisme

Walaupun evolusi Buddhisme menunjukkan perbedaan yang mencolok secara fisik (ritual, patung, jubah biksu), ajaran dasar agama Buddha tetap sama dan diyakini semua tradisi tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa ajaran Buddha sangat amat menghargai pemikiran bebas dan kritis serta budaya setempat. Bukti menunjukkan bahwa ajaran Buddha mengikuti budaya suatu daerah dengan mempertahankan esensi dasar ajaran dan pemikiran Buddha. 

Saat ini perkembangan Buddhisme di Barat sangat pesat. Tradisi-tradisi tersebut berkembang biak di Eropa dan Amerika, sehingga terjadi interaksi yang cukup positif. Ditambah lagi dasar Budaya Barat dan pemikiran yang kritis dan logis, nuansa Barat tentu akan terlihat dalam evolusi Buddhisme di sana. Salah satu model evolusi Buddhisme telah dibentuk pijakannya oleh Sangharakshita. Dialah pemikir Buddhis di Barat yang tidak menelan mentah mentah tradisi Buddhis. Sadar atau tidak sadar ia menawarkan suatu model baru Buddhisme Barat yang mungkin akan berakar kuat di Barat jika tidak terseleksi
dengan tetap mempertahankan esensi ajaran Buddha yang murni. Lain halnya dengan Sangharakshita, beberapa biksu Theravada keturunan Barat juga telah membentuk evolusi Theravada yang sesuai dengan budaya Barat— sadar atau tanpa sadar.


Perjumpaan berbagai Tradisi Buddhisme saat ini juga telah membentuk berbagai macam model Buddhisme yang unik, salah satunya “Buddhayana”. Walaupun pihak “Buddhayana” menegaskan bahwa mereka bukan aliran baru atau hanya sebuah organisasi yang menerima tradisi Buddhisme dari berbagai tradisi, namun sebenarnya hal tersebut bisa saja membentuk model baru Tradisi Buddhis. Buddhayana sejauh penulis amati, lebih condong dengan pemikiran Theravada, namun berbaur juga dengan pemikiran Mahayana maupun Wajrayana. 

Sebenarnya di Barat juga terjadi pertemuan antara berbagai tradisi dan mulai mengakar model-model baru Buddhisme yang tentunya berbeda dengan Buddhayana. Tradisi tua seperti Theravada, Mahayana maupun Wajarayana juga pastilah mengalami evolusi dalam beberapa hal, mungkin diantaranya ritual. Perbedaan yang cukup jauh seperti yang telah disebutkan yaitu ajaran “tentang sesaat setelah kematian” akan membuat rintangan yang cukup sulit untuk perjumpaan tradisi Buddhisme. Inilah tantangan yang perlu dihadapi oleh pemikir-pemikir Buddhis. Pun, perbedaan penafsiran terhadap Buddha, yaitu bahwa apakah setiap orang dapat menjadi Buddha setingkat Buddha Gautama atau bahkan apakah perempuan bisa menjadi Buddha layaknya Siddharta Gautama?

Selama semua evolusi tersebut masih sejalan dengan esensi Buddhisme, penulis kira sah-sah saja. Karena memang bukan hal yang baru. Buddhisme selalu berubah sejalan dengan konsep yang diyakini yaitu bahwa segala sesuatu pastilah mengalami perubahan (anicca atau anitya). Dan penulis memperkirakan bahwa seratus tahun lagi, beberapa ritual baik dari tradisi Mahayana, Wajrayana maupun Theravada pasti telah mengalami perubahan menjadi lebih sederhana. Mungkin saja ritual akan lenyap seperti ketika zaman Sang Buddha dulu?
(Willy Yandi Wijaya)


https://dhammacitta.org/pustaka/ezine/eka-citta/eka-citta%2029.pdf


Comments
0 Comments
>

Arini