Pandangan Agama Buddha tentang Evolusi
Ketika agama Buddha disodori dengan pertanyaan mengenai asal mula alam semesta dan kehidupan, maka respon yang umum diperoleh adalah penolakan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini tidak dapat diartikan bahwa agama Buddha mengabaikan hal tersebut.
Akan tetapi, penolakan tersebut diartikan sebagai ketidakrelevanan dari pertanyaan tersebut di dalam teori Buddhis. Seseorang tidak perlumengetahui asal mula dari kehidupan maupun setuju dengan pendapat dari Buddha maupun teori ilmu pengetahuan untuk dapat mencapai
penerangan sempurna (enlightenment) atau suatu kebahagiaan/kedamaian sejati (nirwana).
Akan tetapi, ada salah satu sabda Sang Buddha di dalam Agganna Sutta yang dapat diinterpretasikan sebagai model kosmologi awal menurut agama Buddha. Kutipan dari Agganna Sutta tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:
“Pada suatu masa, Vasettha, ketika, setelah waktu yang lama sekali, dunia ini mati. Dan ketika ini terjadi, sebagian besar makhluk terlahir dalam ‘Alam Dewa’; dan di sana mereka
tinggal, terdiri dari pikiran, makan dari kebahagiaan yang berlimpahan, bersinar terang, berkelana melalui udara, hidup dalam kejayaan; dan di sana mereka berada dalam waktu yang lama sekali. Pada Vasettha, ketika cepat atau lambat dunia ini mulai berevolusi kembali.
Ketika ini terjadi, makhluk yang telah turun dari ‘Alam Dewa’ biasanya hidup kembali sebagai manusia...sekarang pada saat itu, semuanya telah menjadi satu dunia yang terdiri dari air, gelap, dan kegelapan yang membuat buta. Tidak ada bulan atau matahari yang muncul, tidak ada bintang yang terlihat, tidak ada rasi bintang, tidak ada siang atau malam, tidak ada bulan atau tengah-bulan, tidak ada tahun atau musim, tidak ada perempuan atau laki-laki. ‘Makhluk’ hanya dikenal sebagai makhluk. Dan kepada makhluk tersebut, Vasettha, cepat atau lambat setelah waktu yang lama, bumi berserta kenikmatannya tersebar dalam air, walaupun dalam bentuk lapisan pada permukaan susu mendidiah yang mendingin, begitu juga ketika bumi muncul.”
Kalau kita mengartikan kutipan di atas secara harfiah, maka Buddha sepertinya telah membuat pernyataan mengenai model kosmologi Buddhis dimana alam semesta mengembang dan mengerut dalam waktu yang lama sekali. Deskripsi tersebut konsisten dengan model alam semesta yang mengembang dan Teori Ledakan Besar (Big Bang)2.
Selain itu, dalam kutipan di atas kita juga dapat menemukan pernyataan mengenai perubahan karakteristik fisik dan evolusi yang terjadi pada makhluk yang ada di bumi tersebut. Pernyataan inilah yang seringkali diinterpretasikan sebagai bentuk teori evolusi dalam agama Buddha.
Akan tetapi, banyak juga para ahli yang menginterpretasikan kutipan tersebut tidak dapat diartikan secara harfiah dan merupakan bentuk perumpamaan dari kemelekatan. Kesimpulan ini dapat ditarik karena sutta tersebut tidak semata-mata bercerita dengan penciptaan dunia dan proses kehidupan. Lebih dari pada itu, kutipan tersebut dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk kemelekatan makhluk terhadap kenikmatan keduniawian yang dinikmati oleh makhluk tersebut di bumi.
Pada gilirannya, kemelekatan tersebut akan menimbulkan penderitaan dan mulainya proses tumimbal lahir yang terus menerus pada makhluk. Oleh karena masih terdapat perdebatan mengenai interpretasi manakah yang tepat untuk menjelaskan kutipan dari Agganna Sutta tersebut, mari kita terlebih dahulu mengajukan pertanyaan berikut mendasar:
Selain itu, dalam kutipan di atas kita juga dapat menemukan pernyataan mengenai perubahan karakteristik fisik dan evolusi yang terjadi pada makhluk yang ada di bumi tersebut. Pernyataan inilah yang seringkali diinterpretasikan sebagai bentuk teori evolusi dalam agama Buddha.
Akan tetapi, banyak juga para ahli yang menginterpretasikan kutipan tersebut tidak dapat diartikan secara harfiah dan merupakan bentuk perumpamaan dari kemelekatan. Kesimpulan ini dapat ditarik karena sutta tersebut tidak semata-mata bercerita dengan penciptaan dunia dan proses kehidupan. Lebih dari pada itu, kutipan tersebut dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk kemelekatan makhluk terhadap kenikmatan keduniawian yang dinikmati oleh makhluk tersebut di bumi.
Pada gilirannya, kemelekatan tersebut akan menimbulkan penderitaan dan mulainya proses tumimbal lahir yang terus menerus pada makhluk. Oleh karena masih terdapat perdebatan mengenai interpretasi manakah yang tepat untuk menjelaskan kutipan dari Agganna Sutta tersebut, mari kita terlebih dahulu mengajukan pertanyaan berikut mendasar:
“Apakah dengan mengetahui asal mula penciptaan dari makhluk hidup maupun alam semesta maka kita akan memperolah kemajuan dalam usaha kita mencapai penerangan sempurna?”
Agama Buddha menekankan pada pelatihan pikiran untuk melatih kesadaran dan meditasi yang terwujud melalui moralitas yang baik untuk menghapus keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Akibatnya agama
Agama Buddha menekankan pada pelatihan pikiran untuk melatih kesadaran dan meditasi yang terwujud melalui moralitas yang baik untuk menghapus keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Akibatnya agama
(Teori evolusi alam semesta yang menyatakan bahwa kemunculan alam semesta berawal dari temperatur dan tekanan yang sangat ekstrim yang dikenal dengan Big Bang (Ledakan Besar) yang terjadi paling awal 0 milyar tahun yang lalu.)
Buddha tidak menganjurkan kepada kita untuk tenggelam dalam debat filosofis yang tidak berguna dan membuang waktu yang berharga. Lebih baik waktu tersebut dimanfaatkan untuk melatih pikiran yang pada gilirannya akan membawa kemajuan batin dalam pencapaian penerangan sempurna. Oleh karena itu, asal mula dari alam maupun manusia tidak dibahas dalam ajaran Buddha karena ketidakrelevanan dari topik tersebut dalam usaha kita dalam mencapai penerangan sempurna yang merupakan tujuan akhir dari agama Buddha.
Setelah kita menyelami teori evolusi dan pandangan agama Buddha terhadap teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa agama Buddha tidak berada dalam posisi mendukung maupun menolak teori evolusi tersebut. Sepanjang teori evolusi (maupun teori ilmu pengetahuan lainnya) tidak menghalangi umat Buddha dalam usahanya mencapai penerangan sempurna, maka umat Buddha dapat mengambil posisi yang kritis dalam proses pengembangan teori ilmu pengetahuan dan sains.( Frendy’06)
Referensi
”Buddhism and evolution”. Dalam Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhism_
and_evolution.htm
”Evolution”. Dalam Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Evolution.htm
Moore, John A. 2002. From Genesis to Genetics : The Case of Evolution and Creationism.
London: University of California Press.
Scott, Euginie C. 2004. Evolution vs. Creationism. London: Grenwood Press.