Petikan Kata
dari Berbagai
Ceramah Dhamma Bhikkhu Uttamo
Kiriman Bodhi Buddhist Center Indonesia
Dari Buku:
Joyful Moments
365 Renungan Bhikkhu Uttamo Mahathera
(2010)
AGUSTUS
1
Kita mungkin pernah mendengar orang mengatakan bahwa agama Buddha adalah agama yang sudah kuno dan ketinggalan zaman. Hal ini dapat dimengerti karena mereka hanya melihat dari sudut tradisi/luar saja. Padahal Ajaran Sang Buddha tidak pernah ketinggalan zaman.
2
Apa yang menyatakan kita bijaksana adalah pengalaman. Ketika kita salah mengganggap yang penting sebagai yang tidak penting, terjadi kesalahan pada diri kita. Kemudian kita jadikan kesalahan itu sebagai pelajaran, supaya tidak terulang lagi di masa depan. Dengan demikian kita menjadi orang yang makin pandai, makin bijaksana, karena kita belajar, belajar dan belajar.
3
Yang harus kita lakukan, mengembangkan kebajikan dengan pikiran, ucapan dan perbuatan untuk mengubah keburukan menjadi kebaikan dan kebahagiaan menjadi lebih bahagia.
4
Konsep yang menganggap bahwa kamma selalu (mengacu pada) kamma buruk dan sebagai satu-satunya penyebab kejadian dapat dikatakan sebagai suatu pandangan yang salah dan merupakan kelemahan terhadap penjelasan Hukum Kamma.
5
Orang hendaknya bisa membaca dan merenungkan bahwa sejak dahulu telah banyak orang yang hanya dengan mendengar sekali saja Dhamma, yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya, dan indah pada akhirnya, akan membuatnya mencapai kesucian. Kalau mereka pada waktu itu bisa mencapai kesucian, maka orang hendaknya juga memiliki keyakinan bahwa siapapun di masa sekarang tetap akan dapat mencapai kesucian sesuai dengan yang diajarkan dalam Buddha Dhamma.
6
Sebagai umat Buddha, kita hendaknya bisa menjadi pelita di dalam kehidupan bermasyarakat dengan kebenaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha.
7
Dalam kehidupan ini apabila orang yang sudah mempunyai keyakinan untuk memilih satu jalan kehidupan, baik sebagai perumah-tangga maupun sebagai seorang bhikkhu, maka hendaknya ia menjalankan kehidupan yang telah dipilihnya itu dengan penuh semangat.Apabila ia mau melaksanakan Dhamma, walau kesucian belum diperolehnya dalam waktu dekat ini, paling tidak orang yang mempelajari dan melaksanakan Dhamma itu hendaknya telah mampu mengubah perilaku dan sifatnya sehingga menjadi lebih baik.
8
Pangeran Siddharta selalu memiliki semangat untuk mengatasi segala kesulitan dalam perjuangan mencapai cita-cita, maka umat Buddha hendaknya juga dapat meniru-Nya.
9
Orang yang memiliki keyakinan akan kebenaran Ajaran Sang Buddha, maka ia akan bersemangat untuk melaksanakan Ajaran Luhur Sang Buddha, dan ia pun akan selalu memusatkan perhatian pada penerapan dan pelaksanaan Ajaran Sang Buddha. Ia tidak akan bisa terpengaruh oleh bujukan orang lain agar mencoba, apalagi memilih, agama lain untuk menggantikan Buddha Dhamma yang telah ia yakini selama ini. Ia akan tetap bertahan pada Buddha Dhamma, apapun yang terjadi kepadanya.
10
Menolong orang dapat mempergunakan materi yang dimiliki maupun dengan tenaga dan ucapannya. Sedangkan menolong makhluk, misalnya saja hewan yang sedang menderita, dapat dilakukan dengan membebaskannya dari penderitaan.
11
Makhluk halus adalah termasuk makhluk hidup yang menderita sehingga perlu ditolong, bukan dimusuhi. Oleh karena itu, apabila seorang umat Buddha bertemu dengan makhluk halus, hendaknya ia tidak merasa takut, tetapi berusaha memancarkan pikiran yang penuh kasih sayang dengan mengucap dalam hati, “Semoga semua makhluk berbahagia.”
12
Pada saat memberikan pengarahan, hendaknya orangtua memperhatikan lima kondisi ideal, yaitu berilah pengarahan pada saat yang tepat, bahaslah masalah yang sesuai dengan kenyataan—bukan mengada-ada, katakanlah nasehat dan pengarahan itu dengan lemah lembut, dan berbicaralah tentang tujuan—bukan metode, serta bicaralah dengan pikiran penuh cinta kasih.
13
Latihan pada badan dan batin hendaknya tidak berlebihan. Tetapi seharusnya semua latihan itu dilakukan dengan bijaksana.
14
Vihara adalah tempat pemberian Dhamma, dan Dhamma itu diperlukan, baik di dalam keadaan susah maupun senang.
15
Sebagai umat Buddha, kita harus berpikir realistis! Kunci hidup di dalam agama Buddha adalah “Hidup adalah saat ini!”, bukan yang telah lampau dan bukan pula yang akan datang. Karena itu, saat ini harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
16
Sering ada orang yang mengatakan bahwa tercapainya Nibbana adalah apabila kamma baik dan buruk telah habis, padahal kamma itu tidak mungkin habis karena jumlahnya tidak terbatas. Tetapi, kamma bisa dipotong!
17
Selama perjalanan hidup Sang Buddha, Beliau tidak pernah hanya pasif atau menunggu saja. Setiap pagi Beliau mencari dan melihat melalui mata batin-Nya siapa yang hari itu dapat mencapai kesucian. Itu berarti Beliau mengajarkan kita untuk aktif!
Kalau kita yang mengaku sebagai murid Sang Buddha tidak aktif, maka sebetulnya kita belum menjadi umat Buddha yang sesungguhnya, karena masih menyimpang dari Ajaran Sang Buddha.
Kalau kita yang mengaku sebagai murid Sang Buddha tidak aktif, maka sebetulnya kita belum menjadi umat Buddha yang sesungguhnya, karena masih menyimpang dari Ajaran Sang Buddha.
18
Bila kita tidak ingin dicubit maka janganlah mencubit orang lain.
19
Semakin banyak hari dalam setahun yang digunakan untuk mengingat jasa ayah dan ibunya, akan semakin dekat hubungan orangtua dengan anak. Begitu pula sebaliknya. Hal ini akan menjadikan anak selalu ingat jasa kebajikan yang telah orangtua berikan kepadanya.
20
Mempunyai sifat melekat kepada orang yang dicintai adalah hal yang sangat wajar, khususnya untuk mereka yang masih belum mencapai kesucian. Namun, orang hendaknya mengimbangi rasa kemelekatan ini dengan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dicintainya pasti akan berpisah dengan dirinya.
21
Sesungguhnya, media televisi bila digunakan dengan benar akan dapat memberikan manfaat besar bagi dunia pendidikan.
22
Apabila diri sendiri tidak ingin dirugikan, maka hendaknya orang juga tidak merugikan pihak lain.
23
Orang hendaknya lebih memahami bahwa kiamat memang pasti akan terjadi pada suatu saat nanti. Namun, ketika kiamat tersebut belum tiba, orang hendaknya menggunakan kesempatan baik ini untuk melaksanakan sebanyak-banyaknya kebajikan sesuai dengan Dhamma.
24
Keberhasilan dan kegagalan suatu usaha adalah kenyataan yang harus diterima dalam hidup dan hendaknya dijadikan pelajaran untuk mendapatkan kemajuan.
25
Keserakahan akan timbul apabila kegagalan suatu usaha dianggap sebagai kerugian besar. Sebaliknya, apabila kegagalan menjadi pelajaran untuk meningkatkan kualitas diri di masa depan, maka tentu saja usaha yang rajin dan bersemangat dalam berwiraswasta tidak dapat segera disebut sebagai keserakahan.
26
Apabila diri sendiri tidak suka menerima perlakuan tertentu dari pihak lain, maka sebaiknya jangan pula melakukan perbuatan itu kepada makhluk/orang lain.
27
Kesulitan dapat muncul karena adanya perbandingan antara rencana atau angan-angan dengan kenyataan yang ada, maka orang menganggap hal itu sebagai kesulitan yang semakin besar.
28
Timbulnya perbedaan sudut pandang seseorang terhadap masalah yang sama adalah karena kebijaksanaan setiap orang tidaklah sama.
29
Pasangan (suami istri) yang baru hendaknya selalu berusaha menjaga segala bentuk pikiran, ucapan dan perbuatannya agar ditujukan pada kebaikan. Dengan kata lain, mereka mendidik diri mereka sendiri dahulu sebelum memulai mendidik anaknya.
30
Apabila diri sendiri tidak ingin terkurung dalam sangkar emas yang walaupun memberikan kebahagiaan namun tanpa kebebasan, hendaknya orang juga tidak melakukan tindakan serupa kepada makhluk hidup yang lain.
31
Penyebab keberhasilan hendaknya selalu dikondisikan untuk dilakukan terus-menerus, sedangkan penyebab kegagalan hendaknya dikondisikan agar tidak terjadi lagi di
masa sekarang. Dengan demikian, kemajuan akan selalu diperoleh serta kemunduran usaha dapat dihindari.
masa sekarang. Dengan demikian, kemajuan akan selalu diperoleh serta kemunduran usaha dapat dihindari.
http://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/kiriman-rofin-bodhikusalo/